Menurut Bahrul, pelaku kembali menghubungi korban beberapa bulan kemudian atau tepatnya pada bulan Ramadan. Ketika itu, pelaku mengirimkan foto syur pada korban yang membuatnya marah dan melaporkan kejadian itu senior lain di jurusannya.
Setelah kejadian, Bahrul menuturkan, mahasiswi Telkom tersebut mengalami kondisi dinamakan rape trauma syndrome yang ditandai dengan rasa takut, syok dan benci terhadap diri sendiri. Bahkan, korban sempat hendak melakukan percobaan bunuh diri apabila mengingat peristiwa yang dialaminya. Korban juga semakin menutup diri dari lingkungan di sekitarnya.
"Saat korban melakukan percobaan bunuh diri, korban dibawa ke Rumah Sakit. Dan pelaku ada di sana," jelas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, sambung Bahrul, pihak himpunan justru tidak meluluskan korban pada kegiatan pengenalan program studi sehingga korban tidak mendapatkan haknya untuk menjadi anggota himpunan. Korban yang marah lalu menceritakan peristiwa yang dialaminya pada rekan seangkatannya. Akan tetapi, cerita korban diketahui senior di himpunan dan memutarbalikkan fakta yang terjadi.
"Setelah menceritakan hal ini, ternyata ada yang melaporkan kepada senior dan senior geram, di sini himpunan melakukan grooming dan victim blaming kepada angkatan korban dan lingkungan korban yang menyatakan bahwa korbanlah yang mendekati dan menggoda pelaku," ucap dia.
"Bahkan sampai dengan membawa keluarga korban dalam cerita tersebut dan keluarga korban salah mendidik korban sehingga korban berbohong," sambung dia.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini