Melihat Kemunculan 'Pulau Sampah' Saat Sungai Citarum Mengering

Melihat Kemunculan 'Pulau Sampah' Saat Sungai Citarum Mengering

Yudha Maulana - detikNews
Rabu, 28 Agu 2019 14:10 WIB
Pulau sampah muncul saat Sungai Citarum di Kabupaten Bandung Barat mengering. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Bandung Barat - Musim kemarau membuat Sungai Citarum di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami pendangkalan dan mengering. Saking dangkalnya, nampak 'pulau-pulau sampah' di antara aliran sungai yang mengairi Waduk Saguling tersebut.

Seperti yang terlihat di Kampung Babakan Rongga, Desa/Kecamatan Cihampelas, KBB. Usman Hidayatulloh (42), warga setempat mengatakan, kemarau yang terjadi sejak dua bulan yang lalu membuat volume air berkurang.

"Kalau dilihat sekarang, dari permukaan air ke bawah paling hanya lima sampai enam meter. Padahal kalau di luar kemarau kedalamannya bisa mencapai 20 meter dari permukaan air," ujar Usman saat ditemui di 'pulau kecil' Citarum, Rabu (28/8/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kontur permukaan tanah yang berundak-undak dan kian surutnya debit air di aliran sungai tersebut diduga menjadi penyebab munculnya sampah-sampah tersebut.

Pantauan detikcom, berbagai jenis sampah dan bangkai ikan sapu terlihat berserakan di pulau-pulau kecil tersebut. Terlihat juga ada sekelompok domba ternak tengah merumput di pulau kecil tersebut.

Melihat Kemunculan 'Pulau Sampah' Saat Sungai Citarum MengeringFoto: Yudha Maulana
Di pulau kecil lainnya terlihat beberapa orang tengah menggarap kebun kacang panjang. Untuk menuju lokasi itu, petani biasanya menggunakan perahu atau rakit. Mereka pun harus berhadapan dengan tanaman gulma eceng gondok yang menghambat laju perahu mereka.

"Makin lama makin dangkal. Kalau sekarang agak mendingan. Dulu kalau surut bau limbah di Citarum tercium sangat pekat, sekarang mulai berkurang baunya karena mungkin ada Satgas Citarum," katanya.

"Tapi kalau soal sampahnya, sampai sekarang masih banyak," ucap Usman.

Melihat Kemunculan 'Pulau Sampah' Saat Sungai Citarum MengeringFoto: Yudha Maulana
Nelayan Sulit Dapat Ikan

Sementara itu nelayan jaring Kohar (74) mengaku sejak sungai mengering hasil tangkapan ikannya menurun. Bahkan ia menghabiskan setengah hari di tepian Sungai Citarum baru mendapatkan satu ikan gabus berukuran kecil.

"Kalau lagi dangkal begini, dapat ikannya sedikit. Paling sehari hanya mendapatkan tiga sampai lima kilogram ikan saja," ujar Kohar saat ditemui di atas rakitnya.
Saat kondisi air normal, biasanya pria yang pernah bekerja sebagai kuli bangunan itu mendapatkan 10 hingga 30 kilogram ikan per hari. Jenisnya pun beragam mulai dari ikan gabus, nila, sepat dan ikan lele.

"Kalau ikan gabus biasanya untuk obat, satu kilogramnya dijual Rp 40 ribu. Kalau ikan nila dijual Rp 25 ribu satu kilogram di pasar," katanya.

Ia pun jarang menjual hasil tangkapannya ke bandar atau pengepul lantaran harga yang ditawarkan sangat miring dan tak melihat kondisi cuaca. "Ikan nila kalau dijual ke bandar biasanya Rp 16 ribu per kilogram mau dalam kondisi kemarau atau hujan," ucapnya.


Sejak air surut dua bulan yang lalu, kata Kohar, banyak nelayan jaring sirib beralih bercocok tanam di pulau-pulau kecil yang muncul saat Sungai Citarum surut.

"Ada yang menanam kacang panjang, mentimun dan aneka sayuran lainnya. Kalau saya sih enggak, karena banyak domba ternak warga ke sini," kata Kohar yang sudah sepuluh tahun menghabiskan hidupnya di tepian Sungai Citarum itu.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads