Seperti yang terlihat di Kampung Babakan Rongga, Desa/Kecamatan Cihampelas, KBB. Usman Hidayatulloh (42), warga setempat mengatakan, kemarau yang terjadi sejak dua bulan yang lalu membuat volume air berkurang.
"Kalau dilihat sekarang, dari permukaan air ke bawah paling hanya lima sampai enam meter. Padahal kalau di luar kemarau kedalamannya bisa mencapai 20 meter dari permukaan air," ujar Usman saat ditemui di 'pulau kecil' Citarum, Rabu (28/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kontur permukaan tanah yang berundak-undak dan kian surutnya debit air di aliran sungai tersebut diduga menjadi penyebab munculnya sampah-sampah tersebut.
Pantauan detikcom, berbagai jenis sampah dan bangkai ikan sapu terlihat berserakan di pulau-pulau kecil tersebut. Terlihat juga ada sekelompok domba ternak tengah merumput di pulau kecil tersebut.
![]() |
"Makin lama makin dangkal. Kalau sekarang agak mendingan. Dulu kalau surut bau limbah di Citarum tercium sangat pekat, sekarang mulai berkurang baunya karena mungkin ada Satgas Citarum," katanya.
"Tapi kalau soal sampahnya, sampai sekarang masih banyak," ucap Usman.
![]() |
Sementara itu nelayan jaring Kohar (74) mengaku sejak sungai mengering hasil tangkapan ikannya menurun. Bahkan ia menghabiskan setengah hari di tepian Sungai Citarum baru mendapatkan satu ikan gabus berukuran kecil.
"Kalau lagi dangkal begini, dapat ikannya sedikit. Paling sehari hanya mendapatkan tiga sampai lima kilogram ikan saja," ujar Kohar saat ditemui di atas rakitnya.
"Kalau ikan gabus biasanya untuk obat, satu kilogramnya dijual Rp 40 ribu. Kalau ikan nila dijual Rp 25 ribu satu kilogram di pasar," katanya.
Ia pun jarang menjual hasil tangkapannya ke bandar atau pengepul lantaran harga yang ditawarkan sangat miring dan tak melihat kondisi cuaca. "Ikan nila kalau dijual ke bandar biasanya Rp 16 ribu per kilogram mau dalam kondisi kemarau atau hujan," ucapnya.
Sejak air surut dua bulan yang lalu, kata Kohar, banyak nelayan jaring sirib beralih bercocok tanam di pulau-pulau kecil yang muncul saat Sungai Citarum surut.
"Ada yang menanam kacang panjang, mentimun dan aneka sayuran lainnya. Kalau saya sih enggak, karena banyak domba ternak warga ke sini," kata Kohar yang sudah sepuluh tahun menghabiskan hidupnya di tepian Sungai Citarum itu.
Halaman 3 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini