Cerita Wanita India Hadapi Gelombang Panas: Merasa Tercekik-Muntah

BBC Indonesia - detikNews
Senin, 03 Jul 2023 15:14 WIB
Perempuan di Jodhpur, India, bekerja di ladang saat siang hari. (Getty Images)
Jakarta -

Panas ekstrem memberikan dampak buruk pada perempuan yang tinggal di daerah kumuh di India. Sekarang, solusi sederhana adalah membantu mereka untuk tetap sejuk.

Atap rumah seorang perempuan bernama Pinky di India barat berkilau di bawah sinar matahari yang cerah karena dilapisi cat putih yang memantulkan cahaya.

Pemakaian cat putih itu bertujuan membantu mengurangi sengatan panas yang masuk ke rumahnya saat periode terpanas yang bisa mencapai 47,8 derajat Celsius pada Juni.

Pinky dan keempat saudaranya, yang berasal dari suku Bhil salah satu suku terbesar di India tinggal di sebuah rumah yang memiliki dua kamar.

Rumah mereka terletak di Badi Bhil Basti, sebuah perkampungan kumuh di Jodhpur, kota terbesar kedua di negara bagian Rajasthan. Kedua orang tua mereka telah meninggal.

Pada Maret, Pinky dan para perempuan di Badi Bhil Basti mengaplikasikan lapisan cat putih, yang dapat memantulkan cahaya matahari, ke atap mereka.

Mereka belajar tentang cat dalam pertemuan komunitas yang dipimpin oleh Mahila Housing Trust (MHT), sebuah organisasi nirlaba yang membantu perempuan miskin di kota-kota India membangun ketahanan terhadap panas.

Dari puncak bukit tempat mereka tinggal, orang-orang dapat melihat rumah-rumah berwarna cokelat dan krem, banyak di antaranya beratap putih berkilauan.

"Kami mengecat sendiri atapnya. Rasanya sangat menyenangkan mengecat rumah sendiri," kata Pinky, 19 tahun, yang hanya menggunakan nama depannya.

Dia adalah siswi sekolah menengah dan guru paruh waktu untuk anak-anak setempat.

Sejak mengaplikasikan cat, Pinky menyadari bahwa rumahnya terasa lebih sejuk. Kini Pinky dan murid-muridnya bisa duduk di ruang bawah saat siang hari dan fokus belajar.

Getty Images Seorang perempuan di Chandpole, Jodhpur, India, mengecat atap rumahnya dengan cat reflektif berwarna putih.

Badi Bhil Basti terletak di gurun Thar. Rumah-rumah di perkampungan kumuh ini berukuran kecil, terbuat dari material penahan panas seperti timah, asbes, batu bata, semen, beton, dan terpal.

Sebuah studi oleh Central Arid Zone Research Institute memproyeksikan suhu rata-rata tahunan di Jodhpur, kota terbesar kedua di Rajasthan di sebelah timur gurun Thar, akan meningkat sebesar 2,9 derajat Celsius pada akhir abad ke-21.

Banyak perempuan yang tinggal di daerah kumuh di India menderita akibat panas ekstrem, yang diperkirakan akan semakin memburuk karena suhu terus meningkat.

Tahun lalu, penelitian oleh Met Office Inggris menemukan perubahan iklim membuat gelombang panas selama April dan Mei di barat laut India 100 kali lebih mungkin terjadi.

Pada 2022, India mengalami rekor Maret terpanas dalam 122 tahun. Dua belas orang meninggal dunia mengalami sengatan panas saat menghadiri acara di ruang terbuka di Mumbai.

Sementara itu, penilaian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari 10 negara menemukan perubahan iklim membuat gelombang panas di India pada April tahun ini menjadi 30 kali lebih mungkin terjadi.

Lalu, sebuah studi tahun 2021 menemukan bahwa gelombang panas menewaskan 17.000 orang antara tahun 1971 hingga 2019 di India.

Panas yang menyengat berdampak buruk bagi kesehatan dan produktivitas perempuan, ditambah lagi, mengurangi jam kerja dan pendapatan mereka.

Namun, dengan membantu warga mengecat atap mereka menggunakan cat putih yang memantulkan sinar matahari, MHT memberikan solusi sederhana untuk menurunkan suhu di dalam ruangan dan mencegah panas menembus bangunan.

Cara ini memberikan efek lega bagi perempuan, anak-anak, dan orang tua yang tinggal di daerah kumuh.

Sekarang, mereka mengaku bisa menghabiskan waktu di dalam ruangan dengan nyaman selama musim panas. Tidak hanya itu, hal ini juga membantu mereka meningkatkan kesehatan sekaligus memungkinkan mereka untuk bekerja dan belajar di rumah.

Getty Images Gelombang panas disebut menganggu kesehatan dan juga aktivitas di Jodhpur, India.

MHT mulai mengerjakan cara pendinginan yang berkelanjutan di Ahmedabad, di negara bagian Gujarat, India barat, pada 2009.

Setelah mengetahui tentang tingginya tagihan listrik penduduk di daerah kumuh, organisasi nirlaba itu mencoba memberikan beberapa solusi pendinginan.

Mulai dari menggunakan cat putih, atap hijau, Airlite lembaran plastik transparan yang memungkinkan masuknya cahaya dan meningkatkan kerja ventilasi dan ModRoof, atap modular yang terbuat dari karton dan limbah pertanian.

Walaupun semua itu bisa menjadi solusi untuk membantu menurunkan suhu, cat putih pemantul matahari adalah yang paling mudah diakses oleh para perempuan yang tinggal di daerah kumuh karena harganya yang relatif murah, kata Bhavna Maheriya, manajer program MHT.

Pada 2017, setelah upaya yang dilakukan MHT menarik perhatian otoritas lokal, organisasi nirlaba itu diundang untuk berkontribusi pada revisi Rencana Aksi Panas Ahmedabad, sebuah pedoman di tingkat negara bagian untuk bersiap menghadapi panas ekstrem.

Rencana yang sudah diperbarui itu merekomendasikan pengecatan atap putih sebagai tindakan untuk menghilangkan panas.

Sebelum MHT mulai bekerja di Badi Bhil Basti, Jodhpur, Pinky dan para perempuan lain di perkampungan kumuh ini mencoba untuk tetap sejuk di musim panas yang terik dengan membasahi tirai di ruang tamu mereka dan membentangkan karung goni yang basah di atap mereka.

Mereka juga meletakkan karung basah di atas kipas angin sehingga akan meniupkan udara yang lebih dingin ke ruangan-ruangan di bawahnya.

Namun, cara ini tidak bisa mencegah Pinky merasa tidak enak badan. "Kadang-kadang saya merasa tercekik...Saya muntah di malam hari," katanya.

"Di dalam terlalu panas... Beberapa anak mimisan dan muntah karena panas." Satu-satunya jalan keluar adalah minum limun dan minum antasida untuk melawan rasa mualnya.

Pada April, Rencana Aksi Panas Jodhpur diluncurkan oleh Perusahaan Kota Jodhpur Utara, MHT, dan Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam (NRDC) India.

Rencana tersebut mencakup penilaian kerentanan panas yang dibuat dengan menganalisis data dari citra satelit, sensus, dan survei lokal sebelum menetapkan skor risiko panas untuk setiap lingkungan.

Di Badi Bhil Basti, Ravti, dan Meghwal Basti, di mana MHT mengecat atap rumah penduduk, semuanya memiliki skor sangat tinggi sembilan dari 10.

Risiko ini berasal dari kombinasi kepadatan penduduk dan bangunan yang tinggi, kurangnya jalan yang layak, air, dan vegetasi di daerah-daerah tersebut.

Pinky dan perempuan lain di Jodhpur dan Ahmedabad mengatakan mereka mengalami dehidrasi dan tubuh yang lemas karena panas yang ekstrem.

Itu hanyalah beberapa gejala penyakit yang berhubungan dengan panas, seperti sengatan panas, kelelahan akibat panas, pingsan, dan ruam panas. Para perempuan juga mengalami komplikasi kehamilan karena panas yang ekstrem.

Para perempuan yang tinggal di daerah kumuh sangat rentan terhadap tekanan panas, kata Dharmistha Chauhan, pakar gender dan inklusi sosial di Bank Pembangunan Asia.

Pada Mei 2010, Ahmedabad diterjang gelombang panas. Dari 1.344 orang meninggal dunia dalam sepekan, 53% di antaranya adalah perempuan. Saat itu suhunya mencapai 46,8 derajat Celsius.

Getty Images Seorang perempuan di Jodhpur, India, menjahit pakaian.

Pada 2021, Homenet South Asia, sebuah jaringan organisasi pekerja berbasis rumahan, mensurvei lebih dari 200 perempuan di daerah kumuh dan permukiman informal di India, Bangladesh, dan Nepal untuk memahami bagaimana perubahan iklim mempengaruhi mereka.

Penelitian yang dipimpin oleh Chauhan ini menemukan 43% perempuan dilaporkan mengalami kehilangan pendapatan tunai.

Sementara 41% mengatakan produktivitas mereka berkurang dan sebagian besar disebabkan oleh perubahan iklim, terutama kenaikan suhu.

Perempuan cenderung bekerja di siang hari, di waktu terpanas. Oleh karena itu, panas yang menyesakkan berdampak langsung pada kapasitas perempuan untuk bekerja, kata Chauhan.

Prakash Kanwar, 45 tahun, tinggal di wilayah yang lebih atas dari letak rumah Pinky. Perempuan itu, bersama tujuh anggota keluarganya, tinggal di sebuah rumah kecil yang memiliki tiga kamar.

"Pada bulan-bulan panas, saya merasa tidak nyaman. Tekanan darah saya rendah dan saya merasa panas saat buang air kecil," katanya.

Beberapa kilometer jauhnya, di daerah kumuh Ravti, seorang penari bernama Sanjana, 36 tahun, tinggal bersama tiga keluarganya di sebuah rumah yang hanya memiliki satu ruangan, dengan atap terbuat dari lembaran timah.

"Panas menyebabkan haid saya lama. Saya sering merasa pusing. Saya tidak bisa bangun dan bekerja," katanya.

Sanjana adalah anggota kelompok aksi komunitas lokal yang dibentuk oleh MHT dan berasal dari Dalit sistem kasta terendah di India dan salah satu kelompok paling tertindas di dunia.

Lebih dari 450 kilometer jauhnya, di Bapalal Kadiya Ni Chali di Ahmedabad, Aruna Nagin Patni duduk di lantai rumah yang beratapkan lembaran timah.

Dia ingat bagaimana menderita sengatan panas selama kehamilannya pada 2014 lalu.

"Saya pergi ke dokter kandungan, mendapat obat, dan infus glukosa," kata perempuan berusia 29 tahun yang bekerja sebagai penjual sayur.

Getty Images Teknologi peringatan cuaca elektronik yang digunakan para perempuan di Jodhpur, India.

Kanwar, Sanjana, dan Patni kini telah mengecat atap rumah mereka dengan cat reflektif putih yang disediakan oleh MHT.

Nirlaba itu telah bekerja di permukiman informal dan daerah kumuh di India selama 28 tahun dan telah memasang 30.000 atap dingin di sembilan negara bagian.

Selain memasok cat, MHT menyelenggarakan sesi pelatihan bagi perempuan di daerah kumuh. Mereka diajarkan tentang perubahan iklim dan diberikan panduan praktis tentang cara menghindari tekanan panas.

Di Jodhpur, MHT juga menginfokan komunitas tentang cuaca melalui peringatan panas berkode warna yang ditampilkan di spanduk jalan dan juga dikirim ke telepon para perempuan.

"Kami mengumpulkan perempuan miskin dan mengajari mereka ilmu tentang perubahan iklim," kata Bijal Brahmbhatt, direktur eksekutif MHT.

"Aksi [ini] dimulai di tingkat rumah tangga, bergerak ke permukiman, dan kemudian mencapai tingkat kota. Perempuan membuat pressure group, untuk mengimplementasikan rencana aksi panas kota, dan begitu seterusnya."

Sebelum dia diberi cat reflektif panas, Pinky mengikuti sesi pelatihan selama dua hari yang dipimpin oleh MHT.

"Saya belajar bahwa jika mengecat atap, suhu akan turun dua derajat Celsius hingga empat derajat Celsius. Di dalam ruangan akan lebih sejuk, kipas angin akan meniupkan udara sejuk, dan saat kita menginjak atap, kaki kita tidak akan terbakar, katanya.

Awalnya dia skeptis dan khawatir tentang biayanya. Keadaan berubah ketika MHT memberikan cat gratis untuk 116 atap di wilayahnya.

Penyelenggara lapangan MHT membawa perangkat digital untuk mengukur suhu dalam ruangan di semua rumah.

Pinky melihat buku panduan selama lima hari berturut-turut sebelum cat diaplikasikan. "Setelah pengecatan, saya cek sendiri suhunya. Lebih rendah dua derajat Celsius."

Di India, banyak keluarga tidur di atap karena panas di dalam ruangan tidak tertahankan.

Pinky tak lagi harus memanjat atap untuk menaruh karung goni berkali-kali dalam sehari. Dia juga tidak harus menyebarkan air ke atap pada malam hari sebelum tidur, hal yang biasa dilakukan di daerah kumuh.

"Dulu anak-anak kecil [yang saya ajar] selalu mengeluh tentang panas. Karena panas, orang tua tidak akan mengirim mereka. Sekarang anak-anak tidak mimisan.

Dia mengatakan lebih banyak anak sekarang mengunjungi rumahnya untuk les, yang berarti dia menghasilkan lebih banyak pendapatan.

Getty Images Para perempuan desa mengikuti seminar perubahan iklim dan tindakan praktis untuk menghadapi cuaca panas di Jodhpur, India.

MHT dan para ilmuwan juga telah mempelajari efektivitas atap dingin.

Sebuah studi tahun 2020, yang ditulis bersama oleh Brahmbhatt dan Priya Dutta, dari Institut Kesehatan Masyarakat India di Gandhinagar, membandingkan atap yang dicat dengan cat reflektif dengan yang tidak.

Atap yang dilapisi cat reflektif memiliki temperatur satu derajat Celsius lebih rendah daripada atap seng yang tidak dilapisi cat itu.

Studi tersebut juga membandingkan empat jenis atap dingin dengan atap biasa.

Ditemukan bahwa pada waktu terpanas hari itu, ModRoof kira-kira 4,5 derajat Celsius lebih dingin daripada atap lembaran asbes. Tidak ada perbedaan suhu yang terlihat dengan atap beton dan seng.

Namun, Dutta menjelaskan bahwa dia mempelajari ukuran sampel yang sangat kecil dari 16 rumah tangga karena kekurangan dana.

Studi ini juga memiliki keterbatasan lain, tambahnya: tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti proses masak berbasis biomassa dalam ruangan dan kurangnya ventilasi, yang semakin memanaskan rumah.

University of Chicago sedang menilai dampak atap dingin MHT terhadap suhu di daerah kumuh Delhi.

Anant Sudarshan, penyelidik utama dan rekan senior di Institut Kebijakan Energi, Universitas Chicago, mengatakan meskipun suhu hanya turun satu derajat Celcius setelah cat putih diaplikasikan, warga melaporkan tidak perlu menggunakan banyak air untuk pendinginan.

Oleh karena itu, mereka bisa menghemat uang. Namun, ada sedikit dampak pada jumlah listrik yang mereka gunakan.

Aaron Bach, rekan peneliti dan ahli termofisiologi di Universitas Griffith di Australia, baru-baru ini menerbitkan sebuah penelitian tentang modifikasi pabrik garmen di Bangladesh dengan pendinginan pasif.

Studi tersebut menemukan empat jenis atap dingin, termasuk atap putih, masing-masing mengurangi suhu udara dalam ruangan sekitar dua derajat Celsius.

Studi lain yang menganalisis dampak atap putih di sekolah-sekolah di pedesaan India dan Yunani menemukan penurunan suhu dalam ruangan masing-masing 1,5-2 derajat Celsius dan 1,3-2,3 derajat Celsius.

Secara keseluruhan, mengecat atap putih adalah solusi sederhana yang dapat diterapkan di banyak lokasi yang mengalami tekanan panas di seluruh dunia, termasuk Nepal, Sri Lanka, dan Bangladesh, kata Brahmbhatt.

Namun, tantangan lainnya adalah bagaimana membuat pembuatan atap yang menyejukkan ini bisa juga dilakukan oleh beberapa komunitas termiskin di dunia. Penghalang terbesar adalah harga.

ModRoof pertama yang dipasang oleh MHT difasilitasi dengan pinjaman dari koperasi kredit mereka.

Sebelumnya, para perempuan mampu membayar kembali pinjaman ini, tetapi biaya ModRoof merangkak naik setelah pandemi, menjadi 750 rupee India (senilai Rp137.000) per kaki persegi.

Pembuat ModRoof kini telah mengalihkan fokus mereka dari daerah kumuh ke bangunan institusional.

Brahmbhatt khawatir perusahaan rintisan yang menyediakan teknologi atap yang sejuk itu bisa ditutup secara tidak terduga, mempertaruhkan investasi besar yang dilakukan para perempuan dalam teknologi ini.

Inilah mengapa MHT beralih ke cat putih untuk meningkatkan pekerjaan mereka. Namun, biaya cat putih pun bisa menjadi mahal jika tidak disubsidi secara besar-besaran.

Lima liter cat reflektif matahari memiliki harga hampir Rp300.000 (1.620 rupee) sedangkan MHT menyediakannya dengan harga Rp55.000 (300 rupee).

Pendapatan bulanan rata-rata rumah tangga di daerah kumuh di Asia Selatan berkisar antara Rp1 juta hingga sekitar Rp3,6 juta (5.000-20.000 rupee).

Getty Images Seorang perempuan di Chandpole, Jodhpur, India, mengecat atap rumahnya dengan cat reflektif berwarna putih.

Tantangan lainnya adalah kualitas cat putih memburuk seiring waktu.

Penelitian di China Southwest Architectural Design and Research Institute menemukan ketika debu, kotoran, dan kontaminan berminyak menumpuk di permukaan warna putih, hal itu mengurangi pantulan matahari yang tinggi dan melemahkan proses pendinginan.

Geeta, warga Meghwal Basti di Jodhpur, yang rumahnya menjadi lokasi salah satu tempat uji coba MHT pada 2019, mulai merasakan efek pendinginan dari cat yang memudar setelah tahun pertama.

Dia mempertimbangkan untuk mengecat ulang atapnya, tetapi menemukan perbedaan harga yang substansial.

"Harganya mahal di pasaran dan tidak cocok untuk kita," katanya.

Priya Dutta juga mengatakan harga cat putih dapat menjadi penghalang. Oleh sebab itu, dia menyarankan untuk mencoba limewash, campuran kapur yang menjadi alternatif lebih murah dan telah digunakan secara tradisional di Rajasthan.

Brahmbhatt menambahkan, percobaan MHT selama bertahun-tahun telah menunjukkan bahwa beberapa cat dapat bertahan lebih lama dari yang lain.

MHT berencana untuk melanjutkan pekerjaannya pada ketahanan panas dengan memasang 5.000 lebih atap dingin di seluruh India pada 2026.

"Ke depan, panasnya akan meningkat," kata Pinky. "Lebih banyak atap harus dicat putih sehingga para perempuan dan orang tua bisa mendapatkan sedikit bantuan."

---

Versi bahasa Inggris dari artikel ini berjudul The white roofs cooling women's homes in Indian slums dapat Anda baca di BBC Future.

Simak Video 'India Dilanda Gelombang Panas Ekstrem, Faskes dan Krematorium Penuh':






(ita/ita)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork