Kisah pilu dialami oleh seorang ibu hamil di Makassar, Sulawesi Selatan. Ibu bernama Ervina Yana kehilangan bayi jelang kelahiran anak ketiganya.
Cerita Ervina ini viral di media sosial. Aktivis perempuan di Kota Makassar, Alita Karen menjabarkan kisah Ervina. Dia yang sempat mendampingi Ervina saat tengah dirawat di RS Ananda, Makassar pada Rabu (16/6/) malam.
Ketika Ervina dirawat itu, Alita menanyakan soal BPJS. Kata Erivina, kepada Alita, dia mengaku memiliki BPJS dan PBI (Penerima Bantuan Iuran). Dengan kepemilikan PBI itu, Ervina bisa mendapat penanganan di Puskesmas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang selama pemeriksaan kandungan, Ervina melakukan pemeriksaan rutin di Puskesmas Paccerakang, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Hanya saja, ketika mengalami kontraksi, Ervina langsung ke salah satu rumah sakit.
"Ternyata menurut Ibu Ervina tiba-tiba dia konstraksi dan sakit perutnya, jadi dia ke Rumah Sakit Sentosa. Diperiksa di Sentosa, dia disarankan untuk ke RS Siti Khadijah atau ke RS Stella Maris karena Sentosa tidak punya peralatan yang lengkap, ini menurut penuturan Ibu Ervina," ujar Alita kepada detikcom, Rabu (17/6/2020).
Karena Ervina dianggap harus diberi penanganan lebih lanjut, maka RS Sentosa merujuk ke rumah sakit lain. Ketika di rumah sakit, Ervina dianjurkan untuk melahirkan dengan proses operasi sesar.
"Karana Ibu Ervina juga punya riwayat diabetes melitus, ini anak ketiga, sebelumnya persalinannya juga pernah juga lewat sesar. Ini anaknya (yang dalam kandungan) cukup besar sehingga riskan sekali kalau harus persalinan biasa jadi memang harus disesar," jelasnya.
Ervina pindah rumah sakit lagi karena RS Sentosa dan RS Siti Khadijah tidak bisa melakukan proses sesar. Singkat cerita, Ervina lalu memeriksakan diri ke RS Stella Maris.
Namun, sebelum menjalani proses melahirkan, Ervina harus menjalani rapid test lebih dulu. Dan, hasilnya reaktif COVID-19. Untuk memastikan soal virus, maka Ervina diharuskan menjalani pemeriksaan swab test (PCR).
"Ini kan (RS Stella Maris) rumah sakit swasta, jadi dia harus berbayar Rp 2,4 juta. Kemudian dia keluar dari situ dan dia ke RS Ananda," tutur Alita.
Lantaran tak mampu membayar uang tes Corona, Ervina pindah rumah sakit lagi. Dia menuju ke RS Ananda. Sesampainya di sana, kandungan Ervina langsung diperiksa tim dokter.
Namun, berdasarkan hasil USG diketahui janin di dalam tubuh Ervina sudah meninggal dunia.
"Saya mendengar cerita dokter di Ananda yang menangani, kalau pada saat di USG itu janin sudah tidak bergerak. Jadi mau di-rapid dulu karena harus dioperasi dan rencana memang operasinya hari ini. Kan harusnya kemarin tapi harus dulu melalui proses rapid, makanya melewati proses rapid dan dia reaktif," imbuhnya.
Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman sampai turun tangan terkait kasus Ervina. Dia mengecek kondisi Ervina di RS Ananda Makassar. Namun Andi tidak menemui langsung Ervina karena tengah diisolasi di ruangan khusus setelah menjalani rapid test ulang dan pemeriksaan swab.
"Memang dia (Ervina), menurut hasil rapid test reaktif, makanya beberapa rumah sakit meminta untuk tes PCR lagi, karena reaktif. Karena kan harus ada penanganan dengan protap (COVID-19)," ujar Andi.
"Kalau biaya (rapid test dan swab) sebenarnya memang ada biaya dikenakan dari Ananda, tapi saya minta digratiskan karena persoalannya memang orang yang tidak mampu," paparnya.