Rumah Sakit Stella Maris, Makassar, membantah meminta bayaran tes swab (PCR) ke seorang ibu hamil, Ervina Yana, yang mengalami keguguran setelah dinyatakan reaktif virus Corona (COVID-19) lewat rapid test. RS Stella Maris hanya menganjurkan Ervina dirujuk ke Rumah Sakit Universitas Hasanuddin untuk ditangani sebagai pasien COVID-19.
"Tidak benar bahwa RS meminta pasien membayar biaya pemeriksaan PCR Rp 2,3 juta karena, jika pasien tersebut rawat inap di RS Stella Maris, maka seluruh biaya adalah jaminan Asuransi Garda Medica sampai terbukti hasil PCR positif," ujar Direktur Rumah Sakit Stella Maris, Makasar Dr Luisa Nuhuhitu, dalam keterangannya, Rabu (17/6/2020).
Luisa menjelaskan, berdasarkan petunjuk dari Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang sebelumnya memeriksa Ervina, petugasnya telah menganjurkan Ervina dan suaminya untuk dirujuk ke RS Unhas karena RS Stella bukan RS penyangga utama pasien COVID-19 dan sesuai alur rujukan dalam surat edaran Gubernur Sulsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah diberikan penjelasan mengenai alur rujukan atau sistem rujukan terintegrasi (sisrute), pasien mengambil keputusan untuk tidak menggunakan mekanisme rujukan tersebut dan hendak pergi sendiri ke RS Unhas untuk mempercepat proses penanganan terhadap kasusnya," katanya.
Diketahui, pasien didampingi suaminya datang ke IGD RS Stella sebagai pasien umum sekitar pukul 15.30 Wita, Rabu (10/6) pekan lalu. Pasien membawa surat pengantar dari dari salah satu dokter kandungan untuk dilakukan operasi sectio (caesar) di RS Stella. Sebagai prosedur standar sebelum operasi, pasien di-screening dengan tes rapid.
Sekitar pukul 16.50 Wita diketahui hasil rapid tes reaktif. Pihak RS Stella kemudian memberitahukan hasil tes rapid ke pasien dan keluarganya untuk dirujuk ke RS Unhas. Pasien dan suaminya kemudian meninggalkan RS Stella sekitar pukul 19.00 Wita.
"Telah disampaikan sebelumnya oleh dokter IGD, bahwa tindakan operasi tidak dapat dilakukan karena memerlukan pemeriksaan PCR, hasil pemeriksaan PCR dapat diketahui 3-4 hari, sementara operasi sudah direncanakan esok harinya, salah satu keluarga pasien bertanya tentang swab mandiri tapi tidak dianjurkan karena waktu tunggu hasil tes PCR tidak sesuai dengan rencana waktu operasi," pungkas Luisa.
(nvl/nvl)