Uneg-uneg Ortu soal Belajar di Rumah: Sulit Ajari Anak hingga Boros Kuota

Uneg-uneg Ortu soal Belajar di Rumah: Sulit Ajari Anak hingga Boros Kuota

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 17 Jun 2020 13:09 WIB
Seorang murid sekolah dasar (SD) belajar melalui siaran streaming TVRI di rumahnya, di Padang, Sumatera Barat, Senin (13/4/2020). Kemendikbud resmi meluncurkan program
Ilustrasi / siswa belajar dari rumah / Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Jakarta -

Pembelajaran dari rumah imbas pandemi virus Corona masih akan berlanjut bagi sebagian besar siswa. Selama beberapa bulan terakhir, perubahan ini juga berdampak pada orang tua siswa.

Ada sederet keluhan yang dirasakan orang tua saat anaknya belajar di rumah. Keluhan yang pertama adalah soal peralatan. 'Sekolah online' berarti butuh gadget yang menunjang, kuota, hingga sinyal yang baik. Terkadang, hal itu menjadi kendala.

"Yang paling ganggu itu soal sinyal ya. Kadang gini ketika mereka lagi belajar sama gurunya, tiba-tiba sinyalnya hilang. Nah kan jadi nggak kedengaran jelas apa yang disampaikan guru," kata salah satu orang tua bernama Basaria Siahaan saat dihubungi, Rabu (17/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengeluaran bulanan juga bertambah. Dalam sebulan, Basaria bisa menghabiskan Rp 400 ribu untuk kuota internet belajar di rumah.

"Ditambah kan di rumah kan emang belum bisa masang wifi jaringannya belum ada. Jadi saya pakai kuota. Itu jadinya nambah terus kuotanya buat nunjang belajarnya. Sebulan bisa dua kali ngisi kuota internet," ungkap ibu dari siswa kelas 1 SMP di Jakarta Timur ini.

ADVERTISEMENT

Fitriyah, ibu dari siswa kelas 6 SD, mengeluhkan hal serupa. Selain soal boros kuota, banyak orang tua yang belum sefasih itu dalam menggunakan berbagai aplikasi di HP.

"Ribet, makan kuota banyak bikin paketan habis. Banyak teman-teman yang oarng tuanya yang nggak ngerti HP android," ujar Fitriyah.

Tonton video 'Mendikbud: SD-SMA Dibuka Bertahap, Perguruan Tinggi Masih Daring':

Hal serupa juga dirasakan Budi Karnadi. Ketua Aliansi Orang Tua Siswa se-Jakarta Timur itu mengatakan belajar online juga saat ini belum menjadi budaya di Indonesia baik dari siswa ataupun guru. Kuota dan gadget jadi kendala.

"Tidak semua orang mampu beli kuota, dan mungkin perangkatnya juga untuk belajar online tidak semua orang punya, walaupun di Jakarta juga tidak semua orang punya, mungkin harus gantian dengan kakaknya atau adeknya," ujar Budi.

Selain itu, bagi orang tua yang memiliki anak yang sudah SMP atau SMA juga kesulitan dalam membimbing belajar. Sebab, para orang tua mayoritas tidak memahami materi pembelajaran yang ada di SMP atau SMA.

"Tidak semua orang tua bisa. Karena orang tua kan macem-macem kalau orang tua atau ibunya biasa mengajarkan anak-anaknya mendampingi itu mungkin anak-anak masih SD, pendampingan masih kuat, tapi kalau anak udah SMP SMA orang tua pendampingan ke anak tidak seintens waktu masih SD atau TK bisa mengajari. Di situ memang tidak semua orang bisa mengajari metode yang bagus mengajari anaknya," katanya.

Kesulitan ini juga dialami orang tua lain bernama Sari. Sebagai orang tua bekerja, dia kesulitan membagi waktu antara bekerja dan menjadi guru untuk anaknya.

"Selama sekolah tutup karena corona, saya sebagai orang tua yang bekerja kurang maksimal dalam mengajarkan anak. Selain waktu, mata pelajaran sekarang lebih sulit," ujar Sari.

Ada pula cerita lain dari Harlina, ibu dari siswa SMA di Banten. Sejak belajar dari rumah, sang anak jadi lebih sering main game.

"Tambah nggak disiplin lah pokoknya. Semaunya, lebih banyak main game. Kalau biasanya sih saya nggak lihat dia main game di sekolah. Tapi kalau di rumah itu di antara sela-sela itu, anak banyak main game, belajar tetap harus disuruh-suruh. Orang tua itu berperan lebih banget buat perhatiin anak-anaknya," ungkap Harlina.

Halaman 2 dari 2
(imk/bar)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads