Direktur Utama RSU dr Soetomo, dr Joni Wahyuadi mengungkapkan penyebabnya. Joni menyebut sejak semalam, pihaknya sempat kewalahan karena kedatangan 35 pasien yang dibawa tim Command Center 112 Surabaya.
Joni menambahkan pihak 112 tidak melakukan koordinasi dengan pihaknya sebelum mengirimkan pasien. Akibatnya, pasien pun membludak dan tidak mendapatkan kamar.
"Jadi ada fenomena yang menarik tentang sistem rujukan, jadi tadi malam yang terjadi di Sutomo yang saya tahu persis, terjadi kedatangan pasien COVID-19 yang cukup banyak sampai pagi masih tersisa 35 pasien di UGD," ungkap Joni saat press conference di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Minggu (17/5/2020).
Joni juga menyayangkan pihak Pemkot Surabaya yang membawa pasien COVID-19, kemudian langsung meninggalkannya di IGD RSU dr Soetomo.
"Ada yang datang sendiri tapi sebagian dibawa oleh tim dari KMS (Kota Madya Surabaya) itu 112, dibawa ke sana dan pasien itu tidak ada komunikasi dulu dengan Call Center di Sutomo, sehingga pasien dibawa begitu saja terus kemudian ditaruh di UGD terus ditinggal," imbuhnya
Hal ini pihak RSU dr Soetomo sempat kewalahan. Akhirnya, Joni memutuskan menggunakan kamar untuk pasien akut. Pihaknya pun memindahkan pasien akut di kamar lain agar tak tertular.
"Jadi seperti itu akan menyebabkan petugas agak kerepotan menempatkan dimana, supaya agar tidak menular ke tempat lain. Sampai pagi akhirnya pada saat akan dilakukan disinfeksi UGD-nya itu sekitar setengah sembilan itu pasiennya masih menumpuk ada 35-an di situ," papar Joni.
"Nah akhirnya kawan-kawan di UGD itu minta jeda waktu mereka menulis di kaca, tulisannya perawat. Jadi kami karena digeruduk istilahnya itu banyak sekali tadi malam, akhirnya kami membuka ruangan yang untuk seharusnya untuk pasien akut, karena pasien akut kita pindah evakuasi dulu. Banyak yang mengira rumah sakitnya IGD-nya tutup, padahal ini jeda waktu untuk melakukan evakuasi dan desinfeksi, karena kalau tidak di desinfeksi nanti yang datang belakangnya akan ketularan," lanjut Joni.
Di kesempatan yang sama, Joni meminta tim 112 ke depannya untuk berkoordinasi terlebih dahulu sebelum menaruh pasien di IGD. Joni juga menyebut menaruh pasien tanpa koordinasi merupakan hal yang tidak beretika.
"Siapapun yang melakukan referal sistem, kontak lah ada empat nomor untuk menghubungi. Kalau susah langsung kontak direkturnya tidak apa-apa itu sudah sering sebetulnya. Semua RS sudah tahu, 112 programnya KMS juga sudah tahu (kontak kita). Jadi tdak etis pasien dibawa ke UGD langsung ditaruh ditinggal menyalahi PMK rujukan nomor 1 tahun 2012 juga secara etika tidak baik. Mungkin ini bisa menjadi masukan, memang sulit kondisinya tapi kita tetap berada di standar," pungkasnya. (hil/iwd)