Jubir Gugus Tugas Covid-19 Pemkot Blitar Muchlis mengatakan awalnya warga Kecamatan Sukorejo ini terdata sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) karena pulang dari Surabaya pada Senin (23/3/2020). Tiga hari di Kota Blitar, wanita berusia 24 tahun ini kemudian mengeluh demam, batuk dan sesak nafas. Namun memutuskan untuk mengisolasi mandiri di rumahnya pada Kamis (26/3/2020).
Baru Minggu (29/3/2020) pagi, kondisinya memburuk dan memeriksakan kesehatan ke sebuah rumah sakit swasta di Kota Blitar. Pihak rumah sakit swasta kemudian merujuknya ke RSUD Mardi Waluyo pada siang harinya.
"Begitu dirujuk ke RSUD Mardi Waluyo statusnya kan jadi PDP ya. Kemudian diambil swab test, tapi malamnya meninggal dunia," papar Muchlis dikonfirmasi detikcom, Jumat (3/4/2020).
Sebelum PDP meninggal, lanjutnya, pihak rumah sakit sempat melakukan serangkaian pemeriksaan. Diantaranya rontgen dan cek laborat. PDP tersebut juga dirapid test dan hasilnya negatif. Tim medis menyebut, ada latar belakang penyakit penyerta yang membuatnya meninggal dunia.
"Kalau hasil foto rotgennya, tidak mengarah ke pneumonia. Tapi justru ke bronchitis. Ini kami sudah kirim swab test tanggal 1 April dan menunggu hasilnya gimana. Semoga saja memang bukan Corona," tandasnya.
Sampai Kamis (2/4/2020) pukul 14.15 WIB, gugus tugas covid-19 Pemkot Blitar merilis data sebanyak 13 Orang Tanpa Gejala (OTG). 567 ODR dan 128 ODP. Dengan rincian sebanyak 39 orang telah usai masa isolasi mandiri dan 90 orang masih dalam pemantauan.
Sementara warga yang positif satu, pejabat Kemenag Kabupaten Blitar, warga Kecamatan Sukorejo. Dan satu PDP balita warga Kecamatan Sananwetan, sudah dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang. (iwd/iwd)