Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menyebut kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia antara lain adalah hasil perjuangan bapak dan ibu bangsa dari kalangan terpelajar yang terlibat dalam BPUPKI dan PPKI. Mereka mendapat pendidikan di luar negeri maupun di dalam negeri, baik pendidikan formal maupun nonformal, termasuk sekolah agama baik di luar negeri maupun di dalam negeri.
"Indonesia antara lain hasil perjuangan dari kalangan terpelajar. Dengan kata lain, Indonesia dimerdekakan oleh orang-orang yang sangat terpelajar. Pada tahun 1945, para bapak dan ibu bangsa adalah orang-orang yang sangat terpelajar," kata HNW, Senin (2/3/2020).
HNW menyebut beberapa tokoh bapak bangsa yang sangat terpelajar, di antaranya Moh Hatta, ahli ekonomi yang mendapat pendidikan di negeri Belanda. Lalu banyak ahli hukum dari Belanda seperti Moh Yamin. Ada juga bapak bangsa yang sekolah di dalam negeri hingga tingkat sarjana seperti Ir. Soekarno. HNW juga menyebut bapak bangsa seperti Agus Salim.Hal itu diucapkannya ketika menerima kunjungan siswa SMAN 28 Jakarta di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta. Siswa yang hadir sebanyak 250 dari kelas X dan 37 dari OSIS serta 10 guru pendamping. Turut ikut menerima kunjungan para siswa ini anggota MPR Andi Yuliani Paris dan Kepala Biro Humas MPR RI Siti Fauziah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agus Salim adalah otodidak. Dia tidak belajar di sekolah formal tetapi bisa menguasai delapan bahasa asing. Agus Salim membela Indonesia dalam diplomasi internasional," tuturnya.
Selain itu, lanjut HNW, ada bapak bangsa dari kalangan kiai. Ada juga bapak bangsa yang mendapat pendidikan atau sekolah agama hingga ke Mesir seperti KH Kahar Muzakir. Ada pula yang belajar di pesantren seperti KH Wahid Hasjim dan Ki Bagus Hadikusumo.
Untuk itu, HNW meminta para siswa SMAN 28 Jakarta untuk meneladani sisi keterpelajaran dan sukses menjadi pelajar dari bapak dan ibu bangsa.
"Menjadi terpelajar dan sukses menjadi pelajar adalah hal mutlak. Jangan sampai kita yang mengisi kemerdekaan ini kualitas keterpelajaran kita lebih rendah dari bapak dan ibu bangsa. Mereka dulu sudah menghadirkan Indonesia merdeka, maka kita harus lebih dari mereka untuk menghadirkan Indonesia yang lebih hebat," katanya.
Menurut HNW, Indonesia memerlukan corak ragam keahlian, termasuk di parlemen. Parlemen memerlukan segala macam keahlian. "Karena parlemen adalah lembaga yang mengawasi pemerintah baik urusan dalam negeri, luar negeri, hukum, pertanian, perhubungan, kesehatan, pendidikan, agama, ekonomi, dan sebagainya. Karena itu diperlukan SDM yang ahli di masing-masing bidang itu," paparnya.
"Parlemen membutuhkan sumber daya manusia yang beragam. MPR juga demikian dalam kaitannya dengan UUD sebagai rujukan yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk menjadi anggota MPR pun memerlukan keahlian yang beragam-ragam. Berbicara tentang Indonesia di MPR maka kita berbicara tentang keahlian yang juga beragam-ragam," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah meminta para siswa untuk memanfaatkan pertemuan dengan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.
"Sungguh kesempatan berharga bertemu langsung dengan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Para siswa bisa mendengar secara langsung dan bertanya langsung dari pelaku sejarah di MPR ini. Karena itu pertemuan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat," ujarnya.
(prf/ega)