Foto mahasiswi pengurus Jamaah Muslim Geografi (JMG) UGM di akun Twitternya @JMG_UGM ramai dibicarakan di media sosial. Sebab dalam postingan tersebut, foto mahasiswi yang menjadi pengurus JMG UGM disamarkan alias diblur, sedangkan foto pengurus laki-laki tetap dibiarkan dalam kondisi jelas.
Akun tersebut masih bisa diakses pada Selasa (11/2) pagi. Namun sejak siang ini, akun tersebut telah di-protect.
Pantauan detikcom, foto yang jadi kontroversi di media sosial itu merupakan foto susunan kepengurusan JMG UGM. Tertulis dalam keterangan foto yang di-posting, "Inilah susunan kepengurusan JMG 1441-1442 H." Foto tersebut diposting pada Jumat (11/2) lalu.
Salah satu akun yang mengomentari foto tersebut yakni Sekjen PSI Raja Juli Antoni. Melalui akun Twitter miliknya yakni @AntoniRaja, dia menulis,"Fiqh apa yang mengajarkan foto perempuan harus diblur Gus @na_dirs @sahaL_AS @Ayang_Utriza." Cuitan Toni ini mendapat puluhan respons dan balasan.
Pihak kampus pun akhirnya turun tangan menyusul ramai di media sosial terkait foto mahasiswi pengurus JMG UGM yang disamarkan alias diblur. Wakil Dekan 2 bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Geografi UGM, Andri Kurniawan menemui pengurus JMG untuk meminta klarifikasi.
"Kami sudah bertemu dengan Pembina dan Ketua JMG," kata Andri saat ditemui detikcom di ruangannya, Selasa (11/2).
Dari pertemuan tersebut, pihak Dekanat dan pengurus JMG sudah menyepakati beberapa hal. Namun Andri menyebut foto pengurus perempuan JMG tersebut diblur karena pilihan pribadi.
"Ada pendapat JMG, sebaiknya foto diblur. Mereka punya pertimbangan tersendiri," jelasnya.
"Setelah berkomunikasi, tidak ada indikasi mengenai radikalisme," lanjut Andri.
Pihak Dekanat, kata Andri, telah memberi tenggat waktu kepada pengurus agar segera mengganti foto struktur organisasi JMG yang diunggah di akun Twitter @JMG_UGM.
"Kami sudah sepakat, struktur organisasi yang diunggah diganti menjadi tulisan nama saja," ungkapnya.
Postingan itu pun menuai pro kontra di kalangan mahasiswa Fakultas Geografi UGM. Salah seorang mahasiswa Fakultas Geografi UGM, Lulun Kusumaningsih, tak sepakat dengan foto blur pengurus perempuan JMG.
Menurutnya, para mahasiswi di dalam foto itu sudah menutup auratnya. "Di fotonya kan sudah menutupi aurat. Nggak perlu diblur lagi," ujar Lulun saat berbincang dengan detikcom di kampusnya, Selasa (11/2).
Pendapat senada dilontarkan Risto. Mahasiswa angkatan 2018 ini menyampaikan, pemburaman foto wajah perempuan tidak diperlukan. Namun, menurutnya, keputusan itu kembali lagi pada keinginan pribadi masing-masing.
"Itu keputusan JMG, sudah dipikir matang-matang. Jadi terserah mereka. Namun, menurut saya pribadi, (foto) wajah mereka tidak perlu diblur," tegas Risto.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Suharyadi juga angkat bicara menanggapi polemik tersebut. Menurutnya jika foto pengurus itu bersifat resmi maka tidak boleh diblur.
"Ini kan wilayah mereka. Dia (JMG) membuat sesuatu yang hanya untuk konsumsi mereka, kan saya nggak bisa masuk kecuali kalau sifatnya resmi yang memang dilaporkan ke kampus. Baru saya bisa katakan ini tidak boleh diblur fotonya," kata Suharyadi kepada wartawan saat ditemui di ruangannya, Selasa (11/2).
Suharyadi menjelaskan yang foto pengurus resmi harusnya tidak boleh diblur. "Kalau sifatnya resmi, tidak boleh seperti itu (diblur). Saya sudah tanya ke wakil dekan tadi, dan katanya itu bukan acara resmi," jelasnya.
Dia mengatakan kejadian seperti ini sudah beberapa kali terjadi. Namun kejadian-kejadian itu, lanjut Suharyadi, terjadi dengan beragam versi.
"Setahu saya ini yang ke berapa, tapi versinya macam-macam. Ada yang diblur, ada yang kemudian modelnya dibuat sketsa. Tapi, ketika saya cek, itu untuk keperluan mereka. Bukan untuk resmi. Kalau resmi, ya harus pakai pas foto biasa dan tidak boleh diblur," tegasnya.