Foto mahasiswi pengurus Jamaah Muslim Geografi (JMG) Universitas Gadjah Mada (UGM) di akun Twitternya @JMG_UGM ramai dibicarakan di media sosial. Sebab dalam posting-an tersebut, foto mahasiswi yang menjadi pengurus JMG UGM disamarkan alias di-blur, sedangkan foto pengurus laki-laki tidak di-blur.
Akun tersebut masih bisa diakses pada pagi hari tadi, Selasa (11/2/2020). Namun sejak siang ini, akun tersebut telah di-protect.
Pantauan detikcom, foto yang jadi kontroversi di media sosial itu merupakan foto susunan kepengurusan JMG UGM. Tertulis dalam keterangan foto yang di-posting, "Inilah susunan kepengurusan JMG 1441-1442 H." Foto tersebut di-posting pada Jumat (11/2) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu akun yang mengomentari foto tersebut yakni Sekjen PSI Raja Juli Antoni. Melalui akun Twitter miliknya yakni @AntoniRaja, dia menulis,"Fiqh apa yang mengajarkan foto perempuan harus diblur Gus @na_dirs @sahaL_AS @Ayang_Utriza." Cuitan Toni ini mendapat respons dan balasan dari netizen.
Saat dimintai konfirmasi terkait foto blur pengurus perempuan JMG UGM dan kontroversinya, Kabag Humas dan Protokol UGM Iva Ariani mengatakan belum mengetahui secara jelas duduk perkaranya. Dia baru akan berkomunikasi dengan Direktorat Kemahasiswaan UGM.
"Ini pagi tadi ada yang tanya. Sekarang baru saya tanyakan ke Direktorat Kemahasiswaan. Saya juga belum tahu," ujar Iva kepada wartawan di UGM siang ini.
Iva menjelaskan belum mengetahui alasan kenapa wajah pengurus perempuan JMG UGM diblur. Dia pun belum bisa berkomentar terlalu banyak mengenai hal tersebut.
"Saya belum bisa komentar soal itu karena nanti kita juga akan konfirmasi, kita tanyakan ke teman-teman mahasiswa," bebernya.
Kasus seperti ini, lanjut Iva, sebelumnya belum pernah terjadi. Dia pun mengaku tidak mau berandai-andai untuk mengambil kebijakan sebelum ada komunikasi lebih lanjut.
"Kasus sebelumnya belum pernah dengar makanya ini saya akan komunikasikan ke Direktorat Kemahasiswaan dan komunikasikan ke mahasiswanya. Itu yang akan kita lakukan. Kita tidak bisa berandai-andai, kita komunikasikan dulu," tegasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan 2 bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Geografi UGM Andri Kurniawan turun tangan menemui pengurus JMG untuk meminta klarifikasi.
"Kami sudah bertemu dengan Pembina dan Ketua JMG," kata Andri saat ditemui detikcom di ruangannya, Selasa (11/2/2020).
Andri menyebut foto pengurus perempuan JMG tersebut diblur karena pilihan pribadi. "Memang, ada pendapat dari sebagian jamaah tersebut, sebaiknya diblur. Karena mungkin punya pertimbangan tertentu," lanjutnya.
"Memang, sebagai upaya saja untuk mengenalkan teman-teman mahasiswa yang lain bahwa pengurus JMG itu," kata Andri.
Andri menegaskan tidak ada indikasi radikalisme atau paham lain terkait foto blur tersebut. "Setelah berkomunikasi, tidak ada niat apa-apa ataupun unsur radikalisme. Tidak ada" ujarnya.
Dari pertemuan tersebut, pihak dekanat memberi tenggat (deadline) kepada pengurus agar segera mengganti foto struktur organisasi JMG yang diunggah di akun Twitter @JMG_UGM.
"Kami sudah sepakat, struktur organisasi yang diunggah diganti menjadi tulisan nama saja," kata Andri.
Ketika detikcom meminta izin untuk bertemu dengan pengurus JMG, Andri tidak memberi izin. Andri menyebut Dekanat memberikan waktu kepada JMG untuk menindaklanjuti dengan mengganti posting-an hingga sore ini. Jika belum ada perubahan, Andri baru mengizinkan media untuk meminta konfirmasi langsung kepada pengurus JMG.
"Apabila tidak ada perubahan selama lebih dari dua hari, silakan berbincang dengan pengurus JMG langsung," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan UGM Suharyadi turut angkat bicara. Apa kata Suharyadi?
"Ini kan wilayah mereka. Dia (JMG) membuat sesuatu yang hanya untuk konsumsi mereka, kan saya nggak bisa masuk kecuali kalau sifatnya resmi yang memang dilaporkan ke kampus. Baru saya bisa katakan ini tidak boleh diblur fotonya," kata Suharyadi kepada wartawan saat ditemui di ruangannya, Selasa (11/2/2020).
Suharyadi menjelaskan yang mereka pantau adalah saat mahasiswa diharuskan mengirim foto pengurus ke pihak kampus.
"Yang kami pantau sesuatu yang sifatnya formal. Contohnya saya minta foto untuk pengurusnya, itu harus sesuai dengan aturan kampus," tegasnya.
"Tapi kalau itu hanya di level mereka, untuk konsumsi mereka, saya kan nggak bisa masuk," lanjutnya.
Sejauh ini, dia belum memeriksa secara langsung untuk memastikan foto tersebut digunakan untuk konsumsi sendiri atau bukan. Dia juga telah berkomunikasi dengan Wakil Dekan Fakultas Geografi untuk mencari kebenaran dari kontroversi ini.
"Saya belum cek apakah ini digunakan untuk mereka atau formal. Tapi kalau sifatnya resmi, tidak boleh seperti itu (diblur). Saya sudah tanya ke wakil dekan tadi, dan katanya itu bukan acara resmi. Tapi saya belum ketemu anak JMG untuk tanya langsung," jelasnya.
Dia menjelaskan kejadian seperti ini sudah beberapa kali terjadi. Namun kejadian-kejadian itu, lanjut Suharyadi, terjadi dengan beragam versi.
"Setahu saya ini yang keberapa, tapi versinya macam-macam. Ada yang diblur, ada yang kemudian modelnya dibuat sketsa. Tapi, ketika saya cek, itu untuk keperluan mereka. Bukan untuk resmi. Kalau resmi, ya harus pakai pasfoto biasa dan tidak boleh diblur," tegasnya.