Sejak Rabu (6/11/2019) pagi, kondisi sekolah tampak lengang. Garis polisi masih terpasang mengelilingi gedung yang atapnya ambruk. Kondisi di dalam gedung belum berubah sejak kejadian.
Dari luar garis polisi, tampak material reruntuhan atap yang ambruk memenuhi empat ruang kelas. Rangka galvalum yang patah dan bengkok menyesaki ruangan. Pecahan genting dan batu-batu bata berserakan.
Hiasan dinding, lukisan, hingga properti lainnya rusak. Sebagian tertutup material reruntuhan. Tak ada kegiatan dari kepolisian. Sehari sebelumnya, tim Labfor Polda Jatim dan Polres Pasuruan Kota melakukan olah TKP. Hasil olah TKP belum dirilis.
Dua tenda dari Kemensos dan kepolisian terpasang di halaman tengah. Tenda darurat disiapkan agar pihak sekolah bisa manfaatkan baik untuk kelas pengganti maupun tempat trauma healing.
Beberapa guru berpakaian bebas terlihat menyambangi sekolah. Warga silih berganti melihat kondisi gedung dari luar pagar.
"Guru yang meninggal itu teman saya, adik kelas saya," kata salah seorang warga yang melihat TKP, Ningsih Prayuganingsih (23), warga Kraton.
Hingga pukul 14.00 WIB, situasi relatif lebih ramai. Banyak guru, kepala sekolah lain, hingga wali murid berkumpul di sekolah. Setelah itu, mereka melayat ke rumah almarhumah Irza Almira Ramadhani, siswa korban meninggal, yang rumahnya berjarak 100 meter dari sekolah.
![]() |
Atap SDN Gentong di Kota Pasuruan ambruk. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 08.30 WIB, Selasa (5/11/2019), ini menyebabkan dua tewas. Mereka adalah Irza Almira Ramadhani (8), murid kelas II-B, dan guru pengganti Sefina Arsi Wijaya (19).
Sedangkan 11 siswa yang mengalami luka di bagian kepala dan patah tulang karena tertimpa reruntuhan dibawa ke RSUD dr R Soedarsono, Kota Pasuruan, untuk mendapat perawatan intensif. Atap gedung yang ambruk berada di bagian depan. Terdiri atas empat kelas, yakni kelas II-A dan II-B serta kelas V-A dan V-B. Rata-rata tiap kelas berisi 30 siswa.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini