Meski titik api tak lagi terlihat, asap putih terus mengepul dari dalam gundukan tanah. Nahasnya, asap tersebut kerap terbawa angin menuju permukiman warga Solo dan Karanganyar di sisi utara TPA.
Warga Jatirejo RT 03 RW 39, Mojosongo, Jebres, Solo, Joko Parmin, mengatakan asap biasa mengarah ke rumahnya mulai pukul 15.00 WIB. Kondisi tersebut semakin parah sejak dua pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sedikit warga di sekitarnya yang harus mengungsi saat malam hari. Menurutnya, belum ada bantuan dari pemerintah yang mereka terima.
"Yang punya keluarga jauh dari sini ya mengungsi ke sana. Kalau saya nggak ada, ya terpaksa bertahan. Kami juga beli masker sendiri, karena belum ada bantuan dari pemerintah," lanjutnya.
Warga Sulurejo/Ketekan RT 08 RW 09, Plesungan, Karanganyar, Ambar, juga mengatakan wilayahnya terdampak asap pekat. Dia mengaku harus mengungsi ke rumah saudara.
"Saya sekeluarga harus mengungsi ke rumah saudara yang tidak begitu terdampak. Banyak warga sini yang harus mengungsi," ujar Ambar.
"Di sini kan banyak yang masih balita juga. Kemarin ada juga balita yang masuk rumah sakit. Anak saya sampai batuk-batuk," katanya.
Sekretaris Desa Plesungan, Yulianto, mengatakan ada tiga RW yang terdampak paling parah, yakni RW 5, 6, dan 9. Tiga lokasi tersebut berada di Dukuh Jengglong, Tunggulrejo, Sidorejo, Sulurejo atau Ketekan.
"Di lokasi tersebut ada sekitar 800 keluarga yang terdampak. Kalau jiwanya ada sekitar 2.000," kata Yulianto.
Pemerintah desa mengaku terus berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten. Saat ini pihaknya sudah mendistribusikan masker untuk masyarakat.
"Kami selalu koordinasi dengan dinas-dinas, puskesmas. Saat ini baru kami lakukan pembagian masker. Kami belum mendapatkan laporan terkait gangguan kesehatan," katanya.
Baca juga: Potret Asap dari TPA Putri Cempo Solo yang Buat Warga Mengungsi
Sementara itu, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Surakarta, Gatot Sutanto, mengatakan terdapat kendala teknis terkait pemadaman api di blok timur. Kebanyakan sampah di sana masih baru, sehingga petugas kesulitan menuju lokasi titik api.
"Sekarang muncul lagi titik api di timur. Kendalanya, lokasi tersebut merupakan tumpukan sampah baru. Di situ masih banyak pemulung, sapi, dan alat berat," kata Gatot.
Gatot memastikan pemkot terus berupaya melakukan pemadaman dan pendinginan. Kendala lainnya, titik api biasanya berada jauh di bawah gundukan, sehingga tidak tampak.
"Setiap hari Dinas Lingkungan Hidup menyiramkan air ke titik-titik api kecil. Kendalanya, yang muncul hanya asap, padahal titik apinya belum tentu di bawah situ, cukup sulit mencari titik apinya," pungkasnya.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini