Sejak kebakaran waktu itu, api di TPA Putri Cempo memang kerap muncul kembali meski telah dipadamkan. Asap pun sering mengepul dan terbawa angin.
Seorang warga Jatirejo RT 03 RW 39, Mojosongo, Jebres, Solo, Joko Parmin, mengatakan asap biasa mengarah ke rumahnya mulai pukul 15.00 WIB. Asap membuat warga merasa sesak napas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Warga di sekitarnya tak sedikit yang harus mengungsi saat malam hari. Menurutnya, belum ada bantuan dari pemerintah yang mereka terima.
"Yang punya keluarga jauh dari sini ya mengungsi ke sana. Kalau saya nggak ada, ya terpaksa bertahan. Kami juga beli masker sendiri, karena belum ada bantuan dari pemerintah," kata dia.
Warga Ketekan RT 08 RW 09, Plesungan, Karanganyar, Ambar, juga mengatakan wilayahnya juga terdampak asap pekat. Dia mengaku harus mengungsi ke rumah saudara.
"Saya sekeluarga harus mengungsi ke rumah saudara yang tidak begitu terdampak. Banyak warga sini yang harus mengungsi," ujar Ambar.
Dia menyebut ada balita yang harus dilarikan ke rumah sakit akibat asap tersebut. Sebab asap dari gunung sampah itu menyebabkan sesak napas hingga batuk.
"Di sini kan banyak yang masih balita juga. Kemarin ada juga balita yang masuk rumah sakit. Anak saya sampai batuk-batuk," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surakarta, Sri Wardhani Poerbowidjojo, selaku pengelola TPA Putri Cempo, mengatakan terus berusaha memadamkan api yang kerap muncul secara tak terduga.
"Memang musim kemarau selalu seperti ini. Setiap muncul api-api kecil langsung kami padamkan oleh petuga DLH. Kalau besar, kami minta bantuan pemadam kebakaran. Bantuan masker sudah mulai kami distribusikan," katanya.
Halaman 2 dari 2