"Sepertinya sampai pertengahan (bulan) Oktober masih bisa dropping air, karena ada bantuan dari swasta lewat BPBD dan kecamatan-kecamatan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki kepada detikcom, Rabu (25/9/2019).
Bantuan air bersih dari pihak swasta dianggap sangat membantu masyarakat yang membutuhkan. Sebab, puncak kekeringan berlangsung dari bulan Agustus hingga September. Kondisi ini membuat beberapa kecamatan mengalami kesulitan air bersih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti di Praci dan Karangmojo, itu harus mengantre saat mengambil air bersih di sumber air, padahal debit airnya semakin sedikit. Beruntung kita dapat bantuan dari swasta sehingga bisa menangani masalah tersebut," ujarnya.
Edy menambahkan saat ini ada 14 kecamatan yang terdampak kekeringan di Gunungkidul. Namun pihaknya belum mengusulkan untuk menetapkan status darurat kekeringan.
"Kalau memang anggarannya (untuk dropping air) habis, baru kita akan mengajukan status darurat kekeringan," ujarnya.
"Jumlah kecamatan yang terdampak kekeringan ada 14 (kecamatan). Tapi hampir 15 (kecamatan) karena ada tambahan beberapa dusun yang saat ini terdampak kekeringan di Kecamatan Karangmojo," ucap Edy.
Dari 14 kecamatan itu, ada 135.696 warga yang terdampak kekeringan di Gunungkidul. Seluruh kecamatan itu membutuhkan bantuan air bersih.
"Kalau yang berkaitan dengan air bersih ada 14 Kecamatan, 14 kecamatan itu paling parah atau paling banyak mengajukan permohonan dropping air, seperti Kecamatan Girisubo, Rongkop, Panggang, dan Tepus," katanya.
"Kecamatan yang belum mengajukan permohonan bantuan air bersih antara lain Kecamatan Wonosari, Playen, Karangmojo, dan Saptosari," imbuh Edy.
Simak juga video "Atasi Karhutla, TNI-Polri Hingga BPBD Banjarbaru Bikin Saluran Air":
(rih/rih)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini