Pantauan detikcom di RT6 Dusun Batur Turu, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, tampak beberapa warga berkumpul di samping salah satu rumah warga, Senin (2/9/2019). Bukan tanpa alasan, mereka ternyata tengah menunggu giliran untuk menimba air dari sumur bor.
Namun, melihat lebih dekat ada yang unik dalam proses menimba air pada sumur bor tersebut. Dimana warga menggunakan sebuah toples plastik berukuran kecil yang pada ujungnya dikaitkan tali tampar. Sedangkan untuk menurunkan toples tersebut ke sumber air, warga menggunakan bantuan sebuah bambu kecil dengan panjang sekitar 8 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Air sumur bor ini yang paling utama, karena di RT 5 dan RT 6 (Dusun Batur Turu) kekurangan air bersih, terus kalau beli harganya bisa sampai Rp 350 ribu dan jarang ada bantuan (dropping air) juga," katanya di sela-sela menimba air di sumur bor dengan toples plastiknya.
"Untung Pemerintah memberi sumur bor ini sekitar tahun 2014, tapi ya ukurannya cuma segini (memiliki lubang sekitar 5 inch). Dulu pernah dikasih mesin sedot (air) sama warga, tapi hasilnya tidak bisa maksimal karena debit airnya ternyata cuma sedikit," ujarnya.
Karena itu, pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT 6 Dusun Batur Turu ini mulai berdiskusi dengan warga untuk mencari solusinya. Akhirnya, tercetuslah ide menimba air dengan toples plastik untuk mengambil air dari sumur bor.
![]() |
Terlebih, ia dan warga sekitar takut untuk merusak bentuk fisik sumur bor tersebut. Hal itu karena warga menilai sumur bor itu bantuan pemerintah dan akan menjadi masalah jika bentuk fisik sumur tersebut diubah.
Baca juga: 16 Desa di Rembang Dilanda Kekeringan |
"Akhirnya ya pakai ini (toples plastik) karena lubangnya hanya muat dimasuki toples plastik. Untuk sistem penggunaannya toples itu dikasih tali, dan kalau mau dimasukkan ke dalam sumur bor disodok pakai genter (sebuah bambu berukuran kecil dengan panjang sekitar 8 meter) sedalam 7 meter. Kalau sudah dapat air, tali dan genternya tinggal ditarik ke atas dan air di toples di tuang ke dalam jeriken," kata Wardi.
"Dan dengan sistem ini (menimba air), pembagian air bersih malah jadi merata. Jadi siapa yang butuh bisa langsung menimba di sini (lubang sumur bor dengan toples plastik)," katanya.
Menurut Wardi, warga biasanya menimba air di sumur bor saat pagi dan sore hari. Bahkan, karena banyaknya warga yang membutuhkan air bersih tak urung terjadi antrean saat menimba air bersih di sumur bor.
"Ya kadang harus antre untuk menimba, tapi tidak sampai rebutan juga karena airnya selalu ada. Terus kalau ada yang benar-benar butuh (air bersih) biasanya kita dahulukan," katanya.
"Dan untuk mengisi satu jeriken (kapasitas 25 liter) hanya perlu 27 kali menimba, ya sekitar setengah jam-an lah, Mas," imbuh Wardi.
![]() |
Sambung Wardi, saat ini ada 36 Kepala Keluarga (KK) yang memanfaatkan keberadaan sumur bor tersebut. Bahkan, Wardi menyebut ada pula warga dari RT lain yang memanfaatkan keberadaan sumur bor tersebut.
Di kesempatan yang sama, warga Dusun Batur Turu, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul lainnnya, Ngatijo (37) mengatakan, bahwa sehari-hari ia juga menimba air di sumur bor tersebut. Menurutnya, hal itu memangkas biaya untuk membeli air bersih per tangki.
"Lha gimana mas, sekarang kalau beli air per tangki itu Rp 350 ribu dan itu hanya bertahan maksimal seminggu. Jadi untuk mengakali pengeluaran biaya ya mengambil air dari sini, setiap pagi dan sore sudah cukup," katanya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini