Selama tanggal 28 Agustus hingga 5 September 2019 lalu, Tim detikcom bersama Bank BRI menelusuri Pulau Sinabang di Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh untuk mencari berbagai cerita dari pulau terdepan Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdiri dari enam kelas, SD Negeri 3 Simeulue Cut memiliki sekitar 68 siswa. Seperti di daerah lain, kebanyakan pelajar yang ada di SD ini pun telah memiliki Kartu Indonesia Pintar atau KIP.
Dilihat detikcom, kondisi bangunan sekolah untuk operasional masih cukup baik. Begitu pun dengan tenaga pengajar yang cukup berimbang dengan jumlah murid.
![]() |
Namun, nyatanya kondisi sekolah yang berada di salah satu pulau terluar tetap memiliki tantangan dalam kegiatan operasionalnya. Hal itu pun dituturkan oleh salah satu pengajar di sana, Andi Marta.
"Kalau kesulitan yang berarti tidak ada, tapi keterbatasan untuk penyediaan media belajar itu sendiri. Pemerintah lagi menggalakkan kurikulum K13, sulit karena terkendala loadingnya," ujar Andi.
Dikarenakan adanya revisi di tiap tahun, otomatis media belajar berupa buku seringkali datang terlambat. Pesan di semester satu, baru datang di semester kedua karena terkendala jarak pulau yang jauh dari pulau utama Aceh.
![]() |
Selain itu, mindset atau pikiran orang tua para pelajar sekitar yang kerap berpikir bahwa pendidikan di sekolah negeri gratis juga menjadi momok.
"Di sini ada mindset kalau udah kata gratis, gratis semua. Padahal buat buku atau keperluan teknis lain kan bayar," ujar Andi.
Di luar hal teknis yang telah disebutkan, pendapatan pengajar di daerah juga masih minim. Andi pun masih berjuangn mencari uang tambahan dengan cara menjual hasil kerajinan tangan buatannya.
"Buat siluet wajah, jam dinding akar, nama anak dan lampu tidur dari kayu, belajar sendiri," pungkas Andi bangga.
Itulah sedikit cerita perjuangan dari guru di Pulau Sinabang. Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini