"Tentu terkendala karena hujan buatan bisa dilakukan kalau ada awan di atas lokasi itu yang kadar airnya 75%. Pesawat terbang naik tabur garam hujan pasti turun. Tapi kalau kandungannya tidak sampai 75% ditaburi garam ya nggak akan hujan," kata Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, usai rapat penanganan Karhutla di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (13/9/2019).
Kandungan awan di langit yang terdampak karhutla ternyata belum cukup untuk bisa dijadikan hujan. Bila awan sudah cukup banyak terkumpul, maka pesawat akan segera meluncur untuk menaburi awan itu dengan garam. Tujuannya, supaya awan segera berubah menjadi hujan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kabut Asap dari Riau Sudah Sampai di Sumut |
"Tidak usah menunggu. Jadi siap, sehingga ada reaksi cepat dari koordinasi ini untuk menurunkan hujan. Panglima sudah memberikan pesawat tambahan kepada Pak Doni Kepala BNPB yang sekarang sudah stand by di landasan dan lapangan terbang di daerah terdampak, sehingga langsung siap terbang dan membuat hujan buatan," kata Wiranto.
Cuaca hingga hari ini belum memunculkan tanda-tanda akan hujan. Ini masih musim kemarau. Hujan diperkirakan baru turun pada bulan depan.
"BMKG menjelaskan bahwa musim hujan diperkirakan akan turun kira-kira Oktober," kata Wiranto.
Sembari menunggu hujan buatan, ada 42 helikopter yang sudah dikerahkan untuk melakukan water bombing (bom air) di wilayah terdampak Karhutla.
(dnu/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini