Kasi Disabilitas Dinas Sosial dan P3A Trenggalek Sri Winarti mengatakan, korban pasung tersebut atas nama Asman Budi (40). Ia merupakan warga Desa Gamping, Kecamatan Suruh.
Asman menjalani pemasungan sejak 2012. Pemasungan dilakukan pihak keluarga lantaran Asman dinilai membahayakan dan sering mengamuk.
"Sebelumnya, pada tahun 2012 itu sempat kami bebaskan dan kami bawa ke rumah sakit, tapi setelah pulang ternyata dipasung lagi," kata Sri Winarti, Senin (2/8/2019).
Sri menjelaskan, selama beberapa tahun terakhir Asman dikurung dalam kerangkeng bambu berukuran 1 x 2 meter, yang digantung di belakang rumah. Sempitnya kerangkeng tersebut membuat korban tidak bisa bergerak dengan leluasa. Asman hanya bisa duduk dan berbaring.
Tim gabungan Dinas Sosial Trenggalek, petugas medis Puskesmas Suruh, TKSK dan TNI/Polri membebaskan Asman. Korban dikeluarkan dari balik jeruji bambu. Selanjutnya dibawa ke RSUD dr Soedomo Trenggalek untuk menjalani perawatan medis dan kejiwaan.
Proses pembebasan pasung dilakukan dengan hati-hati. Sebab korban dikenal tempramen dan sering mengamuk. Namun setelah melalui pendekatan, Asman menurut dan dapat dievakuasi dengan lancar.
Sri melanjutkan, pembebasan korban di Trenggalek dilakukan secara berkelanjutan dengan proses pendampingan dari Dinas Sosial maupun Dinas Kesehatan. Pihaknya mengaku, sejak 2017 jumlah ODGJ yang telah dibebaskan sebanyak 150 orang.
"Sejak 2017 itu di Trenggalek tercatat ada 153 ODGJ yang dipasung. Dari jumlah tersebut saat ini tinggal 3 orang yang belum kami bebaskan. Targetnya tahun ini Trenggalek bebas pasung," imbuhnya.
Pemasungan di Trenggalek dilakukan dengan beberapa model. Mulai dijerat rantai hingga dikerangkeng dalam bilik bambu. Namun yang paling banyak diterapkan warga yakni kerangkeng bambu.
Dinsos berharap program bebas pasung di Trenggalek mendapat dukungan dari seluruh elemen pemerintah maupun masyarakat, khususunya keluarga. "Setelah pasien dibebaskan dan diobatkan, yang berperan penting adalah keluarga dan masyarakat. Semua harus mendukung jangan sampai ada stigma buruk di masyarakat," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2