Peristiwa ini terjadi di Jalan Patiunus, sekitar 3 kilo meter dari garis start di GOR Untung Suropati, Jalan Sultan Agung. Korban yang berada di barisan terdepan regu 126 merupakan pemberi aba-aba.
Sampai di lokasi, korban tiba-tiba ambruk. Semua anggota regu terkejut. Mereka panik dan mencoba memberikan pertolongan. Salah seorang memanggil ambulans PMI yang kebetulan berada tak jauh dari lokasi.
Korban kemudian dilarikan ke IGD RSUD dr R Soedarsono. Namun nyawanya tak tertolong. Korban menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan.
"Awalnya regu ini jalan. Kemudian korban memberi aba aba 'langkah tegap'. Saat langkah tegap, pada beberapa langkah, korban jatuh. Kebetulan ambulans PMI nggak jauh sehingga korban langsung dibawa ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke IGD, korban meninggal," kata Ketua Panitia Lomba PBB memperingati HUT RI ke-74, Kota Pasuruan, Yohanes, di rumah duka, Rabu (28/8/2019).
Yohanes mengatakan, korban memiliki sejumlah riwayat penyakit. Sebelum berangkat, istri dan anak-anaknya sempat melarangnya.
"Korban punya riwayat penyakit. Malam hari kondisinya sudah tak sehat. Keluarga sudah melarang ikut, tapi korban tetap ikut. 'Kudu melok kesempatan terakhir ini kudu melok (harus ikut. Ini kesempatan terakhir harus ikut)' dia bilang gitu saat dilarang ikut," terang Yohanes.
Riwayat penyakit korban ini juga diungkapkan sahabatnya, Sumarsono. Menurut Sumarsono, korban menderita asam urat, darah tinggi, dan kolesterol.
"Beliau punya komplikasi. Saya tahu karena beliau ketua saya di Komunitas Tenos (Tembang Nostalgia) Pasuruan, saya sekretarisnya," kata Sumarsono di rumah duka.
Kepala Disporabud Kota Pasuruan Hardi Utoyo, mengatakan, pihak keluarga menerima kejadian ini sebagai musibah dan menolak visum. Meski demikian, sebagai penyelenggara lomba PBB, pihaknya akan melakukan evaluasi.
"Tentunya akan ada evaluasi ya. Sebenarnya kalau jarak itu sudah standard. Tapi tentu ada evaluasi," terangnya. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini