Sejumlah orang mendirikan tenda di trotoar di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Sebelum tiba di pusat kota, mereka sudah lebih dulu bermukim di Kalideres, Jakarta Barat.
Kondisi di Kebon Sirih tak jauh beda dengan di Kalideres. Para pencari suaka hidup dengan belas kasih dari masyarakat sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirangkum detikcom, Sabtu (6/7/2019), para pencari suaka tidur dan duduk di atas alas yang digelar di trotoar. Di lokasi tampak barang-barang lain seperti koper, galon, payung, tas, dan lainnya. Di antara mereka juga ada yang membuka tenda.
Seorang pencari suaka, Nasir Muhammad (27), mengaku pindah dari Kalideres bersama sekitar 100 pencari suaka lainnya. Mereka menunggu tindakan dari UNHCR.
![]() |
"Ya kita ada di sana (Kalideres) 1 tahun 5 bulan. Kita nungguin di imigrasi sama pengungsi, sama UNHCR, tapi mereka nggak ada kabar," ujar Nasir dalam Bahasa Indonesia yang tidak lancar.
Pencari suaka lain, Syringga (23) pindah dari Kalideres ke Kebon Sirih berharap ada empati lebih baik. Namun, tinggal di trotoar, Syringga mengaku kesulitan tidur. Diketahui, para pencari suaka di Kebon Sirih tak cuma lelaki atau perempuan dewasa, di antara mereka juga ada anak-anak.
"Ketika kita di sana (Kalideres), tidak ada satu orang pun yang peduli. Tidak ada rumah dan makanan. Jadi kita pindah ke sini berharap ada yang menolong kita dan memberi kita makan, rumah, dan menyekolahkan anak-anak kita," ujar perempuan asal Afghanistan ini.
Beberapa orang datang, memberi sumbangan berupa makanan maupun pakaian. Rezeki datang, para pencari suaka mendapatkan jatah makan siang setelah ada seseorang yang memberikan kupon untuk ditukar di sebuah rumah makan.
![]() |
Ali (22) yang juga dari Afghanistan menceritakan dirinya yang menggantungkan kebutuhan makan dan minum dari kedermawanan orang Indonesia. Ali menyebut kupon itu diberikan orang lokal.
"Kemarin ada orang yang memberi kita kupon dari restoran, jadi kita memberikan kupon itu dan mendapatkan makanan untuk makan siang. Satu kupon untuk 1 porsi makanan," ujar Ali.
Penjaga Warteg Mulya Jaya, Iis, menyatakan memberi diskon kepada pencari suaka yang membeli makan. Tak hanya itu, Iis mengaku sengaja memberi minum kepada pencari suaka. Iis mengatakan para pencari suaka tak tiap hari makan.
![]() |
Terkait situasi ini, pihak imigrasi menyatakan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) jadi pihak yang bertanggung jawab atas nasib para pencari suaka itu. Kini pemerintah RI berharap UNHCR segera bergerak.
"Kami berharap pihak UNHCR dapat segera memproses mereka segera menuju negara ketiga yang dapat menampung mereka sebagai warga negara atau segera memulangkan mereka ke negara asalnya bila dimungkinkan," kata Kepala Sub-Bagian Humas Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkum HAM, Sam Fernando, kepada wartawan, Sabtu (6/7).
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyebut masalah pencari suaka yang telantar di trotoar Jalan Kebon Sirih adalah tanggung jawab UNHCR. Menurutnya, UNHCR yang bertanggung jawab mencarikan negara yang bersedia menampung para pencari suaka itu.
"Mungkin masalahnya bukan di pihak Indonesia-nya ya, tapi dengan pihak UNHCR yang mencarikan negara yang bersedia menampung mereka sebagai pengungsi ya. Itu di luar ranah pemerintah ya, karena itu adalah bagaimana tanggung jawab yang dimiliki oleh UNHCR untuk mencarikan status penempatan mereka," ujar Plt Jubir Kemlu Teuku Faizasyah kepada wartawan di kantornya, Jalan Pejambon, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (5/7) kemarin.
Halaman 2 dari 2
Simak Video "Video: Heboh Pernikahan Anak di Lombok Berujung Ortu Pengantin Dipolisikan"
[Gambas:Video 20detik]
(jbr/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini