"Mungkin masalahnya bukan di pihak Indonesia-nya ya, tapi dengan pihak UNHCR yang mencarikan negara yang bersedia menampung mereka sebagai pengungsi ya. Itu di luar ranah pemerintah ya, karena itu adalah bagaimana tanggung jawab yang dimiliki oleh UNHCR untuk mencarikan status penempatan mereka," ujar Plt Jubir Kemlu Teuku Faizasyah kepada wartawan di kantornya, Jalan Pejambon, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (5/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Justru kita melihat fenomena negara-negara yang menolak pengungsi masuk wilayahnya. Mungkin potensi permasalahannya adalah verifikasi; kedua, memastikan ada negara yang siap menerima mereka. Kalau kemudian mereka menjadi homeless di depan kantor UNHCR (di Jalan Kebon Sirih), itu tanggung jawab UNHCR untuk memastikan status mereka seperti apa ya," katanya.
Faizasyah menjelaskan Indonesia sendiri tak wajib memberikan bantuan kepada para pencari suaka. Namun pihaknya selama ini selalu berusaha membantu sesuai dengan kemampuan yang ada.
"Ya pada dasarnya (prinsip) kemanusiaan saja ya, selama kita mampu kita berikan bantuan. Tapi kita bukan negara yang (wajib menerima pengungsi), kita juga punya banyak masalah, orang-orang yang perlu kita berikan bantuan sosial, mereka yang ada di rumah-rumah sosial, itu kan jadi kewajiban utama pemerintah," tutur Faizasyah.
Salah satu bantuan yang diberikan adalah mengomunikasikan dengan negara tujuan pencari suaka. Faizasyah mengatakan selama ini pihaknya kerap menginformasikan perihal keberadaan pencari suaka kepada negara yang dituju.
"Kita berharap misal pengungsi datang ke Indonesia, (mereka) berharap bisa ke Australia, kita sebagai negara tentunya bisa bicara, 'ini ada orang-orang yang ingin ke Australia', tapi prosesnya kita serahkan melalui UNHCR untuk memverifikasi mereka," katanya.
"Kita sebagai negara sahabat bisa mengimbau untuk bisa meng-absorb para pengungsi yang ada di satu wilayah, tapi itu bukan kewenangan kita, tapi pihak UNHCR untuk bicara ke pihak Australia atau negara lain," sambung Faizasyah.
Sebelumnya, sejumlah pencari suaka asal Afghanistan dan Afrika terlihat memenuhi trotoar di depan kantor UNHCR di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, selama beberapa hari terakhir. Salah seorang pengungsi bernama Mohammad Idris mengaku sudah lebih dari sepekan tinggal di trotoar Jalan Kebon Sirih.
Idris, yang sebelumnya bermukim di depan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta, Kalideres, pindah karena selama ini dijanjikan kepastian oleh UNHCR. Namun Idris dan pengungsi lainnya tidak kunjung mendapat kabar.
"Kami tidak mendapat kabar apa pun, jadi kami datang ke sini, ke depan kantor mereka," kata Idris kepada detikcom dalam bahasa Inggris, Rabu (3/7).
(mae/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini