"Bulan Januari ini ada 211 pasien dan 4 orang meninggal. Usia pasien DBD ini lebih banyak dewasa," kata Kasi Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Bojonegoro, dr Whenny Dyah Prajanti kepada detikcom saat dikonfirmasi, Senin (4/2/2019).
Dengan 4 orang meninggal, Pemkab Bojonegoro justru menyalahkan lambannya laporan dari masyarakat, pihak desa maupun puskesmas. Pemkab bahkan belum menyatakan KLB.
"Ini belum dinyatakan KLB. Penetapan Status KLB atau tidak dengan wabah demam berdarah di Bojonegoro itu wewenangnya ada di ibu bupati. Tetapi ibu bupati sudah menyampaikan surat edaran ke pihak terkait untuk mengatasi mewabahnya penyakit DBD ini," tambah Whenny.
Whenny menambahkan, penetapan KLB tidak selalu ditentukan jumlah korban terjangkit. Menurutnya, status tidak penting. Yang diharapkan, dinkes dan pihak terkait segera bertindak cepat untuk menanggulangi masalah DBD tersebut agar tidak semakin banyak warga yang terjangkiti.
"KLB atau tidak KLB itu tidak ada keharusan. Misalnya ini ya, kalau sudah sampai sekian jumlahnya harus KLB, itu tidak. Yang penting itu gerakan penanggulangan. Kalau kasusnya banyak ya kita harus segera melakukan gerakan lebih cepat dibanding saat kasusnya sedikit. Kita juga sudah buka PE 1 x 24 jam. Laporan 24 jam dan kita gerakkan semua masyarakat bersama-sama melakukan PSN. Itu yang terpenting," kata Whenny.
Seperti data yang dimiliki Dinkes Bojonegoro, ada beberapa kecamatan yang warganya terjangkit DBD. Seperti Kecamatan Bojonegoro Kota, Tambakrejo dan Sumberjo.
Pihaknya, jelas dia, bersama dinkes sudah melakukan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan fogging. Bahkan sepanjang Januari, mereka telah melakukan 95 kali penyemprotan.
"Kami berharap masyarakat ikut menjaga kebersihan di lingkungan rumah masing masing. Karena meski fogging dilakukan, tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan pemberantasan sarang sarang nyamuknya secara serentak dan berkesinambungan," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini