Sebulan, Penderita Demam Berdarah di Surabaya 23 Orang

Sebulan, Penderita Demam Berdarah di Surabaya 23 Orang

Amir Baihaqi - detikNews
Jumat, 01 Feb 2019 15:24 WIB
Foto: Amir Baihaqi
Surabaya - Dalam satu bulan, pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pahlawan 23 orang. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita menyatakan jumlah tersebut di Januari 2019.

"Sebelumnya kita mengedarkan surat ke RW RT, seluruh instansi untuk melakukan PSN. Dan pada saat menderita panas tinggi harus memeriksakan ke puskesmas atau ke fasilitas kesehatan lainnya dan klinik-klinik sehingga tidak terlambat di rumah sakit," kata Kadinkes Febria kepada wartawan saat dikonfirmasi, Jumat (1/1/2019).

Dia menambahkan, memasuki bulan Februari bisa saja korban bertambah. Namun dia mengaku sudah mengantisipasinya untuk menekan mewabahnya DBD. Di antaranya dengan menggerakkan kader-kader jumantik (juru pemantau jentik) untuk mensosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk dan melaporkan data-data korban yang terindikasi DBD.


"Ada 23 ribu kader jumantik di seluruh Surabaya itu keliling rumah di wilayahnya. Jadi setiap puskesmas kader jumantik-nya selalu diarahkan untuk melihat jentik di dalam tempat tempat penampungan air seperti bak itu harus dibersihkan seminggu sekali maksimal boleh 3 hari sekali," kata perempuan yang akrab disapa Feni itu.

"Dari data 2 tahun lalu, tahun 2018 ada 42 korban DB dan meninggal 1 orang. Kemudian tahun 2017 juga sama meninggal 1 orang. Mudah-mudahan tahun ini tidak ada," lanjutnya

Tugas kader jumantik, jelas dia, di setiap wilayah akan terasa mudah jika warga juga bisa terbuka saat didatangi kader. Karena menurutnya ada beberapa laporan warga kurang menerima kader jumantik bahkan tak jarang membentaknya. Untuk itu ia mengimbau agar warga bisa kooperatif.


"Cuma kendalanya itu kadang-kadang para kader itu ditolak tidak boleh masuk kemudian biasa ada yang bentak-bentak. Tetapi mereka dengan ikhlas bekerja untuk menekan demam berdarah di Kota Surabaya," keluh mantan direktur RSUD Soewandhie itu.

Sedangkan untuk daerah yang minim air, lanjur Feni, ia mengimbau agar menggunakan cara dengan penaburan bubuk abate. Karena dengan cara itu dinilai efektif membersihkan jentik sekurang-kurangnya 3 bulan.

"Pemakaian bubuk abate dengan cara disikat dulu bersih baknya, baru diisi dengan air PDAM lalu kita taburkan abate yang dibungkus oleh kasa atau kain kain yang berserat. Itu bisa bertahan 3 bulan," tandasnya.

"Kalau fogging sekarang sudah tidak banyak. fogging itu hanya dilakukan pada daerah endemis pada bulan September November kita lakukan fogging tapi PSN harus tetap ada," pungkasnya.


Saksikan juga video 'Wabah DBD Meningkat, Berkah Rezeki Jus Jambu di Blitar Melimpah':

[Gambas:Video 20detik]

(fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.