Acara Apel Kebangsaan Pemuda Muslim itu mengambil tema 'Pemuda Hebat Menjaga Bumi'. Acara yang diprakarsai Kemepora itu diselenggarakan di Kompleks Candi Prambanan pada 16-17 Desember 2017. Saat itu, pihak Kemenpora mengklaim acara diikuti lebih dari 20.000 kader Kokam Muhammadiyah, Banser NU, dan organisasi kepemudaan lainnya.
"Apel kebangsaan ini akan menjadi penyampai pesan penting bahwa pemuda muslim bergerak bersama merawat kebhinnekaan dan ke-Indonesiaan di tengah perbedaan pandangan yang selama ini ada dalam kedua organisasi pemuda ini," kata Menpora Imam Nahrawi, kepada wartawan saat itu, Sabtu 16 Desember 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Acara berlangsung lancar. Namun beberapa waktu setelahnya terjadi 'kecelakaan' dengan munculnya foto viral, ketika para pimpinan organisasi pemuda muslim itu foto berjajar dengan Presiden Jokowi, Menko Polhukam dan Menpora. Tepat di belakang mereka yang sedang asyik berfoto bersama itu adalah 'pemilik rumah', Sri Sultan Hamengku Buwono X, raja Keraton Yogyakarta.
Foto tersebut pertama kali diunggah justru oleh Dahnil Anzar Simanjuntak sendiri. "Setelah Apel Pemuda Islam di Candi Prambanan," kata Dahnil dalam postingannya saat itu.
Dia tersandung untuk yang pertama. Foto tersebut lantas mendapatkan sejumlah tanggapan. Namun ada sebagian netizen yang terfokus pada sosok Sultan yang ada di belakang grup foto tersebut. Foto bareng tersebut dianggap tidak sopan terhadap Sultan.
Dimintai konfirmasi mengenai sorotan sebagian netizen ini, saat itu Dahnil angkat bicara. Dia menjelaskan situasi saat foto bersama yang diatur sedemikian rupa oleh Paspampres. Menurut Dahnil, sebetulnya pada saat itu ada Panglima TNI Laksamana Hadi Tjahjanto, Seskab Pramono Anung, dan pejabat lain.
Hampir setahun berlalu, Dahnil kini tersandung untuk yang kedua kalinya. Polisi menduga ada data fiktif dalam LPJ acara dari pihak Pemuda Muhammadiyah yang dipimpin Dahnil. Namun Dahnil membantah ada penggelapan dana terkait acara kemah gabungan itu. Bahkan pihaknya segera mengembalikan dana Rp 2 miliar yang diterima dari acara tersebut.
"Kemudian dari hasil pemeriksaan awal memang ada diduga ada anggaran dana sekitar Rp 2 M yang tidak dihabiskan penuh yang diduga kurang dari separuh, ada data fiktif dalam penggunaannya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Senin (26/11/2018).
Dahnil segera berkilah atas dugaan yang dialamat oleh kepolisian itu. "Saya nggak tahu karena saya nggak pernah lihat LPJ itu. Tanya ke yang teknis ya, Mas Fanani yang paham. Karena saya nggak pernah terlibat dalam hal-hal teknis," sergahnya.
Sementara Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan PP Pemuda Muhammadiyah, Ahmad Fanani, enggan mengomentari dugaan LPJ fiktif. "Tanya sama polisi dong fiktifnya di bagian mana?," tuturnya.
Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah, Irfannusir Rasman, juga memberikan pembelaan. "Kalau memang polisi (mengatakan) ada indikasi fiktif, ya serahkan saja. Kita saya kira, Ketum Dahnil juga tidak mundur, Fanani juga enggak mundur. Karena memang kita dari awal tidak melakukan penyimpangan terhadap anggaran itu," ungkapnya.
Dahnil juga menjelaskan kegiatan apel dan kemah pemuda Islam 2017 merupakan inisiatif Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemempora). PP Pemuda Muhammadiyah memutuskan berpartisipasi karena diminta pemerintah melalui Kemempora.
"Padahal sejak awal kami ingin berkomitmen membantu pemerintah terhadap situasi yang tidak kondusif pada saat itu, dianggap Presiden Jokowi antiIslam dan segala macam," ungkapnya.
Karenanya dia juga mendesak Presiden Jokowi turun tangan untuk menyelesaikan polemik dana kemah tersebut. "Pak Presiden juga enggak boleh diam," tegas Dahnil.
Dia mendesak Jokowi turun tangan karena mersa bahwa Jokowi juga menghadiri acara tersebut.
"Padahal acara ini bagus sekali, Pak Presiden (Jokowi) itu hadir di situ, bahkan Pak Presiden sempat mengubah jadwal, tadinya tanggal 11 berubah menjadi tanggal 16. Jadi Pak Presiden ada di acara ini," ujarnya.
"Kemudian terjadi kriminalisasi terhadap kami yang justru sejak awal ingin membantu presiden, di tengah situasi pada saat itu yang carut-marut, tapi kemudian justru kami hari ini dicari-cari dan dikriminalisasi," ungkapnya.
Simak Juga 'Dugaan Mark-Up Kemah Pemuda yang Seret Dahnil Anzar':
(mbr/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini