Pada Sabtu (24/11/2018), detikcom berkesempatan untuk melihat proses pembersihan sampah di tiga pulau wisata Kepulauan Seribu, tepatnya di Pulau Cipir, Pulau Onrust, dan Pulau Kelor. Ketiganya merupakan tempat wisata yang memiliki bangunan peninggalan era kolonial Belanda.
Setelah mendapat izin dari Ary Prabowo (41), Kepala Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan dan Kebersihan Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, detikcom bergabung dengan kapal KM Kargo 08 yang terdiri dari Syamsudin (35, kapten kapal), Abdul Hadi (31, kepala kamar mesin), dan 4 orang anak buah kapal yang nantinya bertugas untuk mengumpulkan sampah di tiga pulau tersebut, yaitu Supardi (41), Yadi (34), Rochim (46), dan Sarta (43). Kapal KM Kargo 08 sendiri mampu memuat sampah dengan volume sebesar 12-13 meter kubik.
Kapal mulai bergerak meningglkan Dermaga Kali Adem, yang berada tepat di belakang Green Bay Pluit, pada pukul 8.30 WIB. Kapal pun bergerak dengan kecepatan sekitar 4,6-5 knot.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Cuaca mendung mewarnai perjalanan kapal, bahkan semenjak pagi. Angin yang berembus terasa sejuk. Meski begitu, ombak di lautan masih cukup tenang dan tak membuat kapal mengalami guncangan berarti.
Rute yang akan dilalui adalah Pulau Cipir-Pulau Onrust-Pulau Kelor, sebelum nantinya bergerak kembali ke Dermaga Kali Adem. Rute ini, menurut Syamsudin, dilalui setiap harinya dan ternyata merupakan kebalikan dari rute kapal sewaan yang biasanya dipakai mengangkut wisatawan ke tiga pulau tersebut. "Agar tidak penuh dan kapal bisa merapat di dermaga," ujarnya.
Laut yang dilewati kapal terlihat keruh. Ketika perjalanan bahkan belum berlangsung sampai 10 menit, kita sudah disuguhi pemandangan yang terlihat umum di kawasan perairan Jakarta: sampah-sampah yang mengambang di laut. Sampah plastik seperti bungkus makanan hingga sedotan dengan mudah dapat ditemui sepanjang perjalanan.
Meski begitu, kapal ini tetap berjalan. Saat detikcom bertanya apakah sampah-sampah tersebut akan diambil oleh KM Kargo 08, dengan tenang Hadi menjawab, "Ada kapal lain yang bertugas mengambil sampah-sampah tersebut. Kita hanya bertugas untuk mengangkut sampah-sampah di TPS pulau yang dituju."
"Kapal fiber yang akan mengambilnya (sampah-sampah yang mengapung di dekat pantai Green Bay Pluit)," ujar Supardi menambahkan.
|
Tak lama setelah kapal bergerak, para awak kapal sudah menikmati kopi, susu, ataupun teh diseduh dengan air panas yang sudah mereka persiapkan. Sesekali mereka mengobrol dan bercanda.
Perjalanan terus berlanjut. Semakin menjauh dari pantai, sampah semakin sedikit terlihat, meski tak hilang sepenuhnya. Lautan masih keruh, namun sudah mulai berkilauan karena efek sinar matahari. Sesekali terlihat ada ubur-ubur berwarna kuning-merah bergerak di dekat permukaan.
"Kalau nggak salah itu ubur-ubur api. Kalau laut cerah dan lagi mujur, malah bisa lihat hiu tutul. Belum ada sebulan lalu terlihat," ujar Yadi. Biasanya, saat cuaca bagus, hiu tutul tersebut bisa muncul 2-3 kali setahun.
Suasana sepanjang perjalanan pagi ini sedikit sepi. Tak banyak kapal yang lalu lalang. Hanya ada beberapa kapal penumpang besar yang lewat, mengantarkan penumpang ke pulau-pulau yang menjadi tempat wisata, seperti Tidung, Pari, Pramuka, dan Untung Jawa. Kapal nelayan pun jarang ditemui.
Cuaca mendung dan laut keruh diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya. "Biasanya sih banyak nelayan ikan lalu lalang di sini, tumben hari ini sepi. Memang kalau lagi pergantian arah arus, air keruh. Nelayan juga jadi susah menangkap ikan," ujar Yadi.
"Ikan kalau lautnya keruh akan bergerak ke tengah, jadi nelayan juga harus ke tengah untuk nyari ikan," katanya menambahkan.
Setelah berjalan selama sekitar satu jam, tepatnya pukul 9.35, kapal pun tiba di Pulau Cipir. Setelah kapal bersandar dengan mantap, para petugas langsung membuka palka tempat menaruh sampah dan menurunkan keranjang ke dermaga Pulau Cibir untuk mengambil sampah-sampah di beberapa titik pulau ini.
Di dekat kapal berlabuh, terlihat ada sampah plastik mengambang di laut, namun menurut Syamsudin, hal itu diurus oleh petugas kebersihan di pulau ini.
Sekitar 45 menit petugas mengambil sampah-sampah dari TPS Pulau Cipir dan memuatnya ke dalam palka kapal. Mayoritas sampahnya adalah daun-daun kering, sedangkan sampah plastik jumlahnya tidak banyak. Hal ini dikarenakan pada hari Jumat tak banyak wisatawan yang datang kecuali para pemancing, sedangkan pada hari Sabtu wisatawan biasanya baru datang pada siang hari. Jumlah volume sampah yang dikumpulkan di Pulau Cipir mencapai 1,5 meter kubik.
"Saat musim barat tiba, sampah yg ada akan lebih banyak lagi. Sekarang masih belum terlalu. Dan nanti kendalanya juga cuaca lebih buruk, angin lebih kencang. Ombak lebih besar," ujar Hadi.
Pukul 10.15 WIB, setelah membeli bekal makanan dan minuman di salah satu warung pulau, para awak kapal sudah berkumpul kembali di kapal. Setelah mesin dinyalakan dan tali pengait dilepas, pukul 10.20 kapal kembali bergerak. Pulau Onrust tujuan berikutnya.
Jaraknya yang dekat membuat kapal tak perlu waktu lama untuk tiba. 6 Menit berselang, kapal sudah bersandar, bersama dengan kapal-kapal sewaan lainnya.
![]() |
Di Pulau Onrust, sampah yang dimuat lebih banyak, karena luas wilayahnya juga lebih besar. Para petugas pun bergerak kembali mengunjungi TPS pulau untuk mengambil sampah. Di pinggir dermaga, terlihat petugas kebersihan pulau yang sedang memungut sampah-sampah yang mengambang di laut sekitar dermaga. Sampah-sampah itu datangnya dari darat, terbawa oleh arus. Mayoritas merupakan sampah-sampah plastik. Nantinya setelah dikumpulkan, sampah-sampah itu juga akan dibawa oleh KM Kargo 08.
Menjelang pukul 11.30 WIB, setelah dua kali bolak-balik antara TPS dan kapal, para awak kapal membawa muatan sampah terakhir dari Pulau Onrust. Total volume sampah yang ada mencapai 2,5 meter kubik. Tak hanya sampah, mereka juga membawa beberapa buah kelapa pemberian dari petugas pulau untuk dinikmati bersama di pinggir dermaga.
"Lumayan, rezeki. Kalau beli bisa sampai Rp 20-25 ribu (per buah)," ujar Syamsudin.
Sekitar pukul 11.50 WIB, setelah membersihkan sisa sampah kelapa dan memasukkan muatan sampah, kapal pun kembali berangkat menuju pulau tujuan terakhir, yaitu Pulau Kelor. Di sana, selain mengumpulkan sampah, para petugas ini rencananya akan istirahat makan siang.
Selama perjalanan menuju Pulau Kelor, angin kembali berhembus kencang, sesuatu yang tak terasa sama sekali selama di Pulau Onrust.
"Di Onrust, arah anginnya terhalang sama pohon bangunan-bangunan di pulau," ujar Syamsudin.
Udara laut yang lembab juga kembali terasa. Cuaca masih mendung, meski hujan tak kunjung turun. Selama perjalanan menuju Pulau Kelor pun sampah plastik semakin sedikit terlihat. Namun ombak sudah lebih besar, meski tak mengganggu jalannya kapal.
Sekitar pukul 12.10 WIB, kapal mulai bersandar di Pulau Kelor. Di pulau ini, pohon yang ada lebih sedikit, sehingga cuaca lebih panas. Namun anginnya jauh lebih kencang, dan menjadi favorit para petugas kebersihan ini. Setelah kapal diikat, mereka memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di dermaga kapal, sebelum kemudian beristirahat di gubuk hingga pukul 13.00, yang memang menjadi jadwal istirahat kerja mereka.
![]() |
Sekitar pukul 13.15 WIB, pengumpulan sampah pun dimulai. Setidaknya para petugas harus bolak-balik sebanyak 2 kali untuk mendorong dua buah dustbin yang bermuatan sampah. Seperti dua pulau sebelumnya, mayoritas sampah adalah sampah organik. Meski begitu, sampah plastik di Pulau Kelor juga cukup banyak, sebab pada pagi harinya wisatawan sudah banyak berkunjung. Menurut Hadi, volume sampah yang diambil dari Pulau Kelor ada sebanyak 2 meter kubik. Mereka juga telah memilah botol-botol plastik dan menaruhnya secara terpisah.
"Nanti sampah yang dipilah ini mau dibawa ke bank sampah. Uang yang diperoleh akan dipakai untuk membeli kebutuhan sehari-hari di kapal, seperti teh, gula, kopi, dan lain-lain. Untuk kebutuhan bersama juga," jelas Syamsudin.
Sekitar pukul 13.50 WIB, sampah-sampah dari Pulau Kelor sudah dimuat sepenuhnya ke dalam kapal. Setelah bercanda sebentar dengan para petugas di pulau ini, pada pukul 14.00 WIB, kapal pun bergerak untuk kembali Green Bay Pluit.
Dalam perjalanan pulang, ombak semakin besar, namun menurut Hadi, itu belum seberapa, masih aman karena ketinggian ombak belum sampai melewati kapal, belum harus memakai pelampung. Sementara itu, para petugas kebersihan sudah terlihat lelah setelah bekerja seharian. Tak banyak lagi candaan yang keluar. Masing-masing memilih istirahat. Syamsudin sebagai kapten juga mengemudikan kapal dengan tenang. Saya ditemani oleh Hadi untuk berbincang-bincang ringan.
Saat kapal baru meninggalkan Pulau Kelor, kapal sempat tidak seimbang dan terlalu miring ke kiri akibat banyaknya muatan sampah yang ditaruh di bagian kiri kapal. Namun setelah ditata ulang, kondisi kapal kembali seimbang dan bisa bergerak dengan lancar.
"Bagian bawah kapalnya kan lancip dan tidak ada sayap, jadi kalau tidak seimbang bisa oleng," ujar Hadi, menjelaskan kekurangan kapal ini.
"Tapi biar begitu, kapal ini pernah membantu proses evakuasi penumpang kecelakaan Kapal Motor Zahro Express tahun 2017 lalu. Sekitar 30 orang berhasil kita evakuasi. Orang dewasa kita taruh di Palka, sedangkan anak-anak di dalam kamar kemudi. Waktu itu wartawan detikcom juga ada yang ikut kapal ini," lanjut Hadi dengan bangga.
![]() |
Mendekati Green Bay Pluit, sampah-sampah tak bertuan di lautan kembali menyambut KM Kargo 08, menanti diambil oleh kapal Fiber yang bertugas di sekitar perairan pantai Jakarta atau bergerak maju hingga terdampar di pulau-pulau.
Setelah berjalan selama 1 jam 10 menit, sekitar pukul 15.10 WIB, saat adzan ashar sedang berkumandang, kapal ini tiba kembali dengan selamat di Dermaga Perikanan Kali Adem. Tak ada hujan sama sekali selama proses pengambilan sampah berlangsung. Setelah mengaitkan tali, para petugas kapal pun membereskan segala peralatan kerja mereka. Detikcom pun pamit meninggalkan kapal. Saat ditanya kapan sampah-sampah ini akan dipindahkan ke truk, Hadi menjawab bahwa sampah ini belum akan dipindahkan.
"Sampah yang ada di kapal ini belum penuh, jadi besok kita akan mengambil sampah di rute yang sama sambil membawa sampah-sampah ini. Kalau sudah penuh, baru nanti dipindahkan ke truk untuk dibawa ke Bantar Gebang. Menunggu giliran juga," tutupnya.
(dnu/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini