Salah satunya yang diterima oleh Ngatini (56), pengelola e-Warung di Dusun Mojounggul, Desa/Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Setelah dipilah, telur-telur yang dikirim pemasok pada hari Senin (19/11) lalu banyak yang pecah. Bahkan tak sedikit yang membusuk dan dikerubuti belatung.
"Saat pengemasan ulang, yang busuk dan pecah mencapai 20 kg. Yang busuk terpaksa saya buang," kata Ngatini kepada wartawan di rumahnya, Sabtu (24/11/2018).
Padahal telur-telur itu sedianya menjadi bagian dari BPNT yang akan disalurkan ke 612 penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di lingkungannya, selain 7 kg beras.
Ngatini pun mengungkapkan, hingga kini belum ada kepastian siapa yang akan menanggung kerugian akibat telur-telur yang pecah dan membusuk tersebut. Sebagai pengelola e-Warong, Ngatini pun mengaku tekor.
"Dengan penyuplai belum ada perjanjian soal siapa yang akan menanggung kerusakan," ungkapnya.
![]() |
Selain itu, hingga hari ini beras dari pemasok juga tak kunjung datang. Ngatini pun terpaksa lebih dulu membagikan telur-telur yang ada kepada para penerima PKH. Jika tidak, telur yang busuk akan semakin bertambah.
"Kalau tak segera dibagikan, akan banyak yang busuk. Soal beras belum ada jawaban dari supplier," imbuhnya.
Terlambatnya pengiriman beras juga dikeluhkan penerima PKH di e-Warung Ngatini. Salah satunya Sarinem, warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Bareng. Ia terpaksa harus mondar-mandir ke rumah Ngatini untuk mengecek apakah beras yang dijanjikan sudah datang atau belum.
"Merepotkan juga. Karena jaraknya dari rumah saya sekitar 3 km," tandasnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini