Sekretaris DPD Partai Gerindra Jawa Tengah, Sriyanto Saputro mengatakan pihaknya memahami langkah PDIP yang kemudian mengeluarkan surat edaran untuk melepas rontek tersebut. Namun ia menyayangkan karena ada arah menuduh oposisi.
"Kalau soal edaran, kami pahami langkah itu. Tapi saling tuduh itu membuat suasana tidak baik," kata Sriyanto kepada detikcom, Selasa (13/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa adukan saja ke Bawaslu karena sudah tahu namanya, kan," pungkasnya.
Sriyanto menjelaskan agar tidak saling tuduh, karena berdasarkan pengalamannya sebagai Ketua Pengawas Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun 2008, ada penyebaran selebaran yang menjelekkan Calon Gubernur Jateng Bibit Waluyo. Setelah pelakunya tertangkap ternyata salah satunya adalah pendukung Bibit sendiri.
"Saya tahun 2008 punya pengalaman saat jadi ketua Panwas Pilgub Jateng beredar selebaran yang sudutkan Cagub Bibit Waluyo setelah ditelusuri ternyata yang bikin pihak tertentu yang bukan dari kubu rival," jelasnya.
Oleh sebab itu Sriyanto kembali menegaskan agar menghindari sikap asal tuduh. Lagipula jika memiliki dana untun membuat rontek, menurut Sriyanto lebih baik mencetak gambar Prabowo-Sandi.
"Dari pada membuat itu, mending kami buat poster untuk kami," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, PDIP memberikan perintah agar rontek bergambar Jokowi menggunakan busana raja serta berlogo PDIP diturunkan. Termasuk stiker serupa yang diletakkan di belakang kaca angkutan umum.
PDIP dengan tegas menyatakan rontek itu bukan buatan tim kampanye dan kesannya merendahkan karena Jokowi memakai busana raja. Bambang Wuryanto pun mengaku sudah mengantongi nama dibalik pemasangan rontek tersebut.
"Ini bukan produk tim kampanye nasional atau daerah, bukan juga produk partai. Tapi juga ada lambang partai, berarti ada yang catut lambang partai. Siapa mereka? Kami sudah kantongi nama-nama, lihat ke depan seperti apa," kata Bambang
(alg/bgk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini