Dari ekskavasi ini, peneliti menduga ini salah satu situs peninggalan di masa kekuasaan Raja Airlangga dan terkait dengan prasasti Patakan yang juga ditemukan di desa ini.
Dipaparkan arkeolog dari Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho, dalam ekskavasi tahap kedua ini mereka mencatat bahwa bangunan ini memiliki panjang sekitar 24 meter dengan lebar 16 meter.
Wicaksono dan timnya pun meyakini jika situs itu adalah bangunan suci dan merujuk pada bangunan wihara.
"Indikasinya adalah bangunan ini tidak simetris, kemudian menghadap ke barat dan beberapa indikasi lainnya. Kami juga menemukan runtuhan-runtuhan batu yang berbentuk bulat seperti susunan stupa," terang Wicaksono kepada detikcom ketika ditemui lokasi ekskavasi di Desa Patakan, Kecamatan Sambeng, Kamis (25/10/2018).
Bukan itu saja, BPCB Trowulan juga berhasil menemukan pagar barat yang bangunannya sudah mengkombinasikan antara batu kulit dengan batu putih atau batu kumbung yang memiliki panjang lebih kurang 40 cm.
"Kesulitan yang paling signifikan selama proses ekskavasi adalah volume dari batu runtuhan ini ternyata di luar perkiraan kami, begitu juga ternyata bentuk dan luasan dari bangunan ini juga di luar dari perkiraan," terang Wicaksono.
![]() |
Untuk itu, hingga saat ini Wicaksono dan timnya belum menemukan relief karena memang bahan utama situs ini adalah batu putih.
"Targetnya juga buka luar dulu, bentuknya, baru kemudian kita masuk ke dalam," ujar Wicaksono.
Wicaksono pun percaya jika berhasil diekskavasi maka akan terlihat ruang atau bilik yang ada di dalam candi.
Selain penemuan pagar, BPCB juga menemukan banyak sekali pecahan tembikar dan keramik yang kemungkinan berasal dari masa yang sama dengan situs.
Namun menurut Wicaksono, Situs Patakan terbilang lengkap jika dibandingkan dengan peninggalan-peninggalan Airlangga lainnya yang ada di Jatim. Ia juga memperkirakan Situs Patakan ini kemudian rusak karena peristiwa alam seperti gempa yang dahsyat.
Wicaksono kemudian memperkirakan proses ekskavasi akan membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup lama hingga bisa membuka reruntuhan atap yang menutup situs. Saat ini BPCB melibatkan setidaknya 16 tenaga penggali dari BPCP Jawa Timur dan 11 tenaga lokal.
"Kita memang memilih bulan sebelum musim hujan. Setelah penggalian selesai, kalau masuk musim hujan akan kita tutup, sehingga apa yang telah dicapai di tahun 2018 ini bisa dilanjutkan di tahun depan," tandas Wicaksono. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini