Sepanjang perjalanan menuju ke areal situs Patakan, setidaknya terdapat 3 batu lumpang berukuran besar berserak begitu saja di areal persawahan di lereng bukit menuju situs Patakan. Sampai saat ini, tidak ada yang tahu, apa fungsi dari batu berlubang di tengah yang lebih dikenal warga sebagai batu lumpang tersebut.
Pemerhati budaya Lamongan, Supriyo mengatakan, hingga saat ini belum ada yang tahu persis fungsi batu lumpang yang berserakan tersebut. Jima memang itu adalah sebuah lumpang (alat menumbuk, red), kata Priyo, masih menimbulkan pertanyaan. Pasalnya, terang Priyo, lubang pada batu tersebut begitu bulat dan presisi dengan kedalaman yang hampir sama, yaitu sekitar 30 cm dan diameter lubang tersebut juga hampir sama, yaitu sekitar 15 cm.
"Jika itu sebuah lumpang, maka cukup menjadi pertanyaan mengingat lubangnya yang begitu bulat presisi, dengan kedalaman yg cukup jauh, sekitar 30 an cm," kata Priyo.
Lebih jauh, Supriyo mengatakan, kalau memang batu tersebut adalah lumpang, tentunya jika lumpang sudah digunakan maka lubangnya cenderung tak beraturan karena gesekan dengan alu. Kalau lumpang pun, lanjut Priyo, maka gesekan dengan alu akan menyebabakan lubang di dalam batu tersebut juga tak beraturan.
Dugaan lain mengenai keberadaan batu lumpang ini, terang Priyo, adalah umpak (alas rumah dari batu, red). Namun, dugaan ini masih bisa berubah karena jika memang batu tersebut adalah sebuah umpak maka lubangnya juga terlalu dalam. Dugaan lainnya, masih menurut Priyo, batu berlubang yang berada di sekitar situs Patakan ini berfungsi sebagai pengunci atau lubang purus engsel sebuah gerbang.
"Kalau hanya umpak untuk menempatkan pasak atau kuncian tiang, maka lubangnya juga kemungkinan terlalu besar," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dusun Patakan, Jono juga mengaku tidak tahu apa fungsi dan kegunaan batu lumpang tersebut. Jono mengatakan, batu tersebut dari dulu sudah berada di sekitar situs Patakan. Warga, kata Jono, yang kebetulan memiliki sawah yang ada batu lumpang tersebut pun tidak tahu dari mana batu lumpang tersebut. Jono mengungkapkan, sejak lama daerah sekitar situs Patakan dikenal warga desa sebagai daerah yang jarang dijamah warga.
"Warga tahunya dulu di bukit itu ada candi tanpa tahu candi apa," kata Jono.
Sedangkan Kepala Seksi Museum Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Muhammad Alamudin juga mengaku belum tahu pasti fungsi dan kegunaan batu lumpang tersebut. Udin mengaku, dalam waktu dekat pihaknya sudah akan melanjutkan proses ekskavasi candi Patakan yang sempat terhenti ini.
"Semoga bisa segera dilakukan dalam waktu dekat ini sehingga bisa diketahui," kata Udin yang juga menyebutkan kalau kemungkinan candi Patakan ini dulunya adalah sebuah kompleks karena dari beberapa temuan dan strukturnya yang semakin luas. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini