Saat ditemui detikcom, ada enam orang santri yang nampak sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ada dua orang yang mengupas bawang putih, dua santri lain tengah memilah cabai besar dan cabai kecil. Satu lagi terlihat sibuk memanggang sambal yang sudah setengah jadi dengan oven dan yang terakhir sibuk mengemas sambal.
Para santri di Pondok Hudatul Muna, Kelurahan Jenes ini memang terkenal dengan keahliannya dalam membuat sambal pecel.
"Sambal pecel disini beda dengan yang lain. Kalau disini bukan disangrai tapi dioven," tutur salah satu santri, Yazid Bastomi, Senin (21/5/2018).
Yazid menjelaskan dengan dioven, tampilan sambal pecel olahannya juga terlihat lebih bagus dan menarik. "Sekaligus lebih tahan lama, bisa sampai 6 bulan," tambahnya.
Dalam satu hari, Yazid dan rekan-rekannya bisa menghabiskan 25 kg kacang tanah untuk membuat sambal pecel. "Hasil sambalnya bisa sampai 37 kg," ungkapnya.
![]() |
Untuk proses pembuatan sambal pecel ini dibutuhkan waktu hingga satu hari. Dimulai dengan memanggang kacang tanah di dalam oven selama dua jam. Sembari menunggu kacang tanah matang, bawang putih pun juga turut dioven selama 30 menit.
"Terus ada santri yang bertugas memisahkan cabai dari tangkainya, kemudian dicampur dengan bumbu lain seperti gula merah, bawang putih, kacang, garam, daun jeruk. Lanjut dihaluskan dengan mesin selep dan terakhir dikemas," urainya.
Pengurus PP Hudatul Muna, Fauzi Muhtarom menambahkan, santri-santrinya mengemas sambal pecel dalam dua varian, yaitu kemasan 175 gram dan 350 gram. Sambal pecel bikinan santri PP Hudatul Muna pun dipasarkan dengan nama 'Keriz'.
"Kalau yang berat 175 gram harga Rp 8 ribu dan yang 350 gram harga Rp 15 ribu," imbuh Fauzi.
Dalam satu bulan, usaha yang dirintis sejak tahun 2003 ini mampu meraup omzet Rp 52 juta. "Sehari kami jual 37 kg sambal pecel dengan sistem titip jual ke toko dan swalayan di Ponorogo," paparnya.
Pelanggan pun tidak hanya di Ponorogo saja, tetapi dari kota lain seperti dari kota Magetan, Madiun dan Pacitan. "Selain santri yang bertugas membuat sambal pecel, adapula santri yang bertugas menjual," tandas Fauzi.
Menurutnya, dengan cara seperti ini, ratusan santrinya tidak hanya dibekali ilmu agama saja tetapi juga ilmu berwirausaha. "Agar nantinya ketika terjun ke masyarakat juga punya keahlian lebih," pungkasnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini