Bomber Surabaya Tak Sekolahkan Anak untuk Hindari Interaksi Warga

Bomber Surabaya Tak Sekolahkan Anak untuk Hindari Interaksi Warga

Hilda Meilisa Rinanda - detikNews
Selasa, 15 Mei 2018 10:51 WIB
Foto ilustrasi: Pengamanan Polrestabes Surabaya pasca-pengeboman. (REUTERS/Beawiharta)
Surabaya - Anak-anak pengebom bunuh diri yang beraksi di Surabaya dan Sidoarjo tak disekolahkan oleh orang tuanya. Padahal anak-anak butuh interaksi dalam tumbuh kembangnya.

"Ini yang terjadi, fenomena apa ini? Tidak mungkin tidak berinteraksi dengan masyarakat lain," kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Irjen Machfud Arifin, dalam jumpa pers di Markas Polda Jawa Timur, Jl Frontage Ahmad Yani, Surabaya, Selasa (15/5/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang tua mereka selalu menjawab bahwa anaknya menjalani sekolah rumah (homeschooling) saat ditanya oleh orang lain. Anak-anak itu juga diarahkan orang tuanya untuk menyatakan mereka menjalani homeschooling bila ada orang lain yang menanyakan soal pendidikannya.

"Homeschooling kalau ditanya. Padahal nggak," kata Machfud.



Anak-anak korban paham radikal orang tuanya itu tidak diberi pendidikan yang layak, melainkan hanya diberi indoktrinasi oleh orang tuanya.

"Ya hanya bapak-ibunya yang memberikan doktrin terus, dengan video-videonya, dengan ajaran-ajaran yang diberikan," kata Machfud.



Seperti apa sosok keluarga pengebom gereja Surabaya? Simak videonya di sini: (dnu/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads