Wanita Dalam Pusaran Terorisme: Aktif di Medsos hingga Bomber

Wanita Dalam Pusaran Terorisme: Aktif di Medsos hingga Bomber

Mukhlis Dinillah - detikNews
Kamis, 05 Apr 2018 17:19 WIB
Seminar dan bedah buku 'Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya' di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. (Foto: Muklis Dinillah/detikcom)
Bandung - Dua tahun terakhir aksi terorisme di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh lelaki, tetapi turut melibatkan wanita. Tidak hanya aktif di media sosial untuk menyebarkan radikalisasi, bahkan menjadi calon pelaku bom bunuh diri (bomber).

Pola baru dengan melibatkan perempuan dalam aksi terorisme saat ini dikenal dengan istilah 'Pengantin Jihad Nikah'. Artinya menekankan kemuliaan yang akan diterima perempuan atau sang 'pengantin' bila ikut berjihad untuk menebus segala dosa.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Solahudin mengatakan sepanjang 2016 hingga 2017 sudah ada beberapa wanita ditangkap karena merencanakan aksi teror di Indonesia. Pola ini mulai dilakukan sejak kemunculan kelompok radikal Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang perempuan jadi pelaku aktif. Sejak ada ISIS, pelaku perempuan jauh lebih aktif. Ada tiga kasus tiga orang perempuan merencanakan aksi bom bunuh diri," kata Solahudin saat menjadi pembicara dalam seminar dan bedah buku 'Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya' di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Kamis (5/4/2018).


Berdasarkan pengamatannya, wanita sangat aktif berperan juru propaganda di media sosial (medsos). Masifnya pesan-pesan radikal yang menyebar di medsos membuat proses radikalisasi sangat efektif, ketimbang saat belum berkembangnya dunia digital.

"Sosial media perannya sangat penting dalam proses radikalisasi. Chanel Telegram (yang dianggap radikal) jumlahnya 60 yang berbahasa Indonesia. Di sana mereka mendistribusikan pesan kekerasan (radikal) 150 pesan per hari. Dulu proses radikalisasi berlangsung 5-10 tahun, sekarang satu tahun juga bisa," tutur Solahudin mengungkapkan.

Kemunculan ISIS di Indonesia, sambung dia, berperan penting terhadap keterlibatan aktif wanita. Bahkan, sambung dia, banyak kasus perceraian akibat pihak wanita yang sudah berbaiat ke ISIS,

"Dengan munculnya ISIS jumlah perceraian meningkat, banyak kasus laki-laki diceraikan istrinya karena berbaiat kepada ISIS sedangkan suaminya tidak. Bahkan Suaminya belum mengiyakan tapi sudah kawin lagi," kata Solahudin menegaskan.

(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads