Pada awalnya, Candi Wonorejo berada di dalam area sebuah punden atau sendang yang terletak di Dusun Santan, Desa Wonorejo, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun.
Punden itu didirikan sebagai tempat penghormatan kepada orang yang membabat hutan menjadi Desa Wonorejo. Kemudian seorang warga yang kemudian menjadi juru kunci terdahulu mendapatkan mimpi yang tak biasa.
"Jadi candi ini, dulunya hanya punden atau sendang yang biasanya untuk kirim doa dan sesajen untuk menghormati leluhur yang pertama mendirikan Desa Wonorejo ini. Lalu salah satu juru kunci, almarhum Mbah Karto Simun, mimpi didatangi orang tua untuk mendirikan rumah yang roboh di sendang atau punden," ungkap juru kunci Candi Wonorejo saat ini, Sampiro (63).
Almarhum bermimpi mendapat wangsit atau pesan dari seorang pria tua bernama Mbah Buyut Bejo. Kala itu bertepatan dengan malam Jumat Wage.
![]() |
Di pagi hari, Mbah Karto Simun pun ingin membuktikan mimpinya dan mendatangi punden. Namun sesampainya di sana, Mbah Sukarto Simun tidak menemukan rumah roboh, melainkan tiga buah pohon yang berdiri di atas gundukan tanah setinggi sekitar 5 meter. Mbah Sukarto Simun pun duduk terdiam di bawah salah satu pohon tersebut.
Saat itulah ia seperti mendengar bisikan gaib yang mengatakan bahwa di bawah gundukan tanah itulah 'rumah' yang dimaksud dalam mimpinya. Ia lantas berinisiatif menebang ketiga pohon yang ada di atas gundukan tanah.
"Almarhum sempat bingung, sebab hanya gundukan tanah dan tiga pohon. Lalu berniat menggali gundukan tanah setelah dapat bisikan gaib. Ternyata ada arca lingga yoni itu di gundukan tanah dan pohon itu," tutur Sampiro.
![]() |
Secara resmi, candi ini sebetulnya ditemukan pada tanggal 30 Juni 1989 dan perangkat desa langsung melaporkan temuan itu ke Dinas Pariwisata.
Setelah dilakukan penelitian oleh Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto, terungkaplah seluruh bagian Candi Wonorejo seperti yang ada saat ini berikut berbagai batu altar yang ditemukan bersamanya.
Situs ini kemudian resmi terdaftar di Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto pada tahun 1996.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini