Dalam pidato publiknya pada Rabu (6/12) waktu setempat, Trump mengakhiri ketidakjelasan posisi AS terhadap status Yerusalem yang diperebutkan. Secara resmi, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memastikan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke kota itu.
Langkah Trump ini memicu kecaman dunia dan berpotensi memicu pertumpahan darah baru di Timur Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saudi menyebut, keputusan Trump itu melanggar 'hak-hak permanen dan bersejarah dari rakyat Palestina'. Saudi meminta Trump untuk mempertimbangkan kembali keputusannya yang menuai banyak kecaman itu.
"Kerajaan telah memperingatkan konsekuensi serius dari langkah yang tidak dibenarkan dan tidak bertanggung jawab ini," sebut Saudi dalam pernyataannya.
"Langkah AS menunjukkan penolakan signifikan upaya mendorong proses perdamaian dan merupakan pelanggaran terhadap posisi Amerika soal Yerusalem yang selama ini netral," imbuh pernyataan itu.
Sebelumnya pada Selasa (5/12) waktu setempat, Raja Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud memperingatkan Trump bahwa memindahkan Kedutaan AS ke Yerusalem merupakan 'langkah berbahaya' yang bisa menggusarkan umat muslim sedunia.
Peringatan juga diberikan oleh tokoh dan pemimpin dunia lainnya. Namun Trump mengabaikan semua itu dengan tetap menyampaikan pengakuan resmi atas Yerusalem. Dengan pernyataan Trump ini, maka AS menjadi negara pertama di dunia yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
[Gambas:Video 20detik]
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini