Hari Ke-120 sejak Teror Novel Baswedan dan Pelaku yang Misterius

Hari Ke-120 sejak Teror Novel Baswedan dan Pelaku yang Misterius

Nur Indah Fatmawati - detikNews
Rabu, 09 Agu 2017 11:28 WIB
Novel Baswedan (Dhani Irawan/detikcom)
Jakarta - Hari ini adalah hari ke-120 sejak Novel Baswedan mengalami teror penyiraman air keras. Namun pelaku penyerangan itu masih misterius.

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menyebut Novel sebagai 'sasaran tembak' yang ingin merobohkan kepercayaan publik terhadap KPK. Namun teror kepada Novel itu, disebut Dahnil, memperkuat benteng pemberantasan korupsi.


"Iya, sasaran tembaknya merobohkan mental daya juang dan kredibilitas serta kepercayaan publik kepada KPK melalui Novel Baswedan. Novel selama ini salah satu motor penyidik senior yang banyak menuntaskan kasus-kasus besar di KPK. Dia motor perlawanan korupsi bersama kawan-kawan yang lain," ucap Dahnil saat dimintai konfirmasi detikcom, Rabu (9/8/2017).

Tak ayal, kredibilitas Novel dalam keberhasilannya mengusut kasus korupsi kelas kakap justru berbuah dendam dari para koruptor. Bukan hanya sebagai penyidik, Novel juga merangkap Ketua Wadah Pegawai KPK. Lalu, apakah serangan terhadap Novel akan melemahkan KPK?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Tidak juga, melumpuhkan Novel seperti menyampaikan pesan teror saja, tapi justru itu semakin memperkuat Novel dan kawan-kawan yang lain," ucap Dahnil.

Terlebih di KPK juga banyak penyidik seperti Novel. Tentu penanganan korupsi di KPK terus berlanjut. Namun, soal serangan terhadap Novel secara spesifik, KPK membenarkan.

"Novel Baswedan memang sering mendapat serangan baik secara fisik, bersifat politis ataupun proses hukum. KPK tentu memperhatikan hal ini, karena itulah mitigasi risiko perlu terus ditingkatkan," tutur Kabiro Humas KPK Febri Diansyah saat berbincang dengan detikcom.


Serangan fisik penyiraman air keras terhadap Novel sendiri terjadi pada 11 April lalu, saat Novel sedang menangani megakorupsi e-KTP, juga kasus keterangan palsu Miryam S Haryani, yang berbuntut pengguliran hak angket KPK. Seakan tak cukup amunisi, kini Novel juga jadi bulan-bulanan Pansus Hak Angket dengan mendengarkan keterangan mantan Wakil Direktur Permai Group Yulianis serta tersangka Muhtar Ependy, yang tersangkut kasus suap Hakim MK Akil Mochtar, serta keponakannya, Niko Panji Tirtayasa.

Setelah memberi keterangan di muka Pansus pada Selasa (25/7), Niko bahkan melaporkan Novel ke polisi atas dugaan pelanggaran saat pemeriksaan. Langkah ini disebut sebagai dorongan Pansus Hak Angket KPK.

"Pelaku penyerangan belum ditemukan, namun telah ada saksi yang dulu dilindungi KPK justru melaporkannya ke kepolisian atas tuduhan yang tidak jelas," keluh Febri.


Serangan terhadap Novel sesungguhnya cukup memancing reaksi keras masyarakat. Salah satunya desakan pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF).

Pengungkapan kasus yang tak kunjung terang akhirnya memancing Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada Senin (31/7). Presiden meminta pengusutan kasus ini segera dituntaskan. Sebagai tindak lanjut, Tito merilis satu dari sketsa wajah dari 3 terduga pelaku penyerangan.


KPK sendiri masih menuntut komitmen Polri. Koordinasi kedua lembaga hingga meminta keterangan Novel secara langsung di Singapura sedang dirumuskan. Sedangkan KPK menyadari bahwa penanganan kasus korupsi akan terus melalui jalan terjal.

"Kita cukup melihat positif ketika Presiden merespons apa yang terjadi terhadap Novel dan KPK. Komitmen kita semua dalam pemberantasan korupsi akan terus diuji," pungkas Febri optimistis.

Hari ke-120 Sejak Teror Novel Baswedan dan Pelaku yang MisteriusIlustrasi (Mindra Purnomo/detikcom)
(nif/dhn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads