Kawasan Elizabeth yang terletak di sebelah selatan Newark, kota terbesar di New Jersey ini, menjadi rumah dari sebagian besar imigran. Seperti dilansir Reuters, Selasa (20/9/2016), sekitar 47 persen warga Elizabeth lahir di luar AS. Elizabeth merupakan kota terbesar keempat di negara bagian New Jersey, yang memiliki 129 ribu penduduk dengan sekitar 60 persennya merupakan keturunan Hispanik.
Di kota ini, keluarga Rahami memiliki sebuah restoran ayam goreng yang sudah dikenal warga. Namun sosok Rahami sendiri, yang kini berusia 28 tahun dan pernah bekerja di restoran itu, tidak banyak yang mengenalnya dengan baik. Tinggal di kawasan itu sejak tahun 2002, keluarga Rahami merupakan bagian dari segelintir warga muslim di Elizabeth. Rahami yang punya banyak saudara, bersekolah di sekolah negeri sejak kecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga muslim setempat mengaku tidak pernah melihat Rahami salat di masjid setempat. Mereka menekankan, hubungan antara warga muslim dan non-muslim di Elizabeth selalu baik, bahkan setelah tragedi 9/11 pada tahun 2001 lalu.
"Saya pernah melihatnya saat berbagai hari raya, seperti Idul Fitri, festival, selama 2-3 tahun terakhir. Saya tidak bisa mengatakan saya melihatnya di sana (masjid setempat)," tutur pekerja sosial di Masjid al-Hadi, Salaam Ismial, seperti dilansir AFP.
"Apa yang terjadi bukan mewakili masyarakat muslim atau keyakinan muslim. Dia (Rahami-red) adalah pria muda gila dan sakit," imbuhnya.
"Ideologi semacam itu, setahu saya, tidak datang dari pengajaran masjid manapun. Gagasan-gagasan semacam ini (serangan bom) datang dari bujukan politik melalui internet," sebut Ismial.
Baca juga: Merasa Didiskriminasi, Keluarga Rahami Pernah Gugat Otoritas New Jersey
Sedangkan Hassan Abdellah yang merupakan imam Masjid Dar-ul-Islam, salah satu masjid terbesar di New Jersey, menyebut kebanyakan warga Elizabeth terkejut mengetahui keterlibatan Rahami dalam ledakan bom di New York. "Kebanyakan orang yang terlibat dalam hal semacam ini (ledakan bom), biasanya tidak sering ke masjid," cetusnya.
Abdellah yang telah bergabung dengan masjid itu sejak didirikan tahun 1992 lalu, bersikeras bahwa tidak ada ketegangan maupun konflik antara warga muslim dengan non-muslim di Elizabeth. "Kami memperlakukan tetangga kami dengan baik, kami memberi makan warga miskin. Jadi semoga orang mengingat semua hal baik yang telah kami lakukan," harapnya.
Warga Elizabeth lainnya menolak berbicara kepada media soal Rahami.
(nvc/nwk)