Bela Megawati, Senior PDIP: Budiman Sudjatmiko Tidak Fair!

Gibran Maulana Ibrahim - detikNews
Rabu, 30 Agu 2023 16:12 WIB
Hendrawan Supratikno. (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno membela Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang dinilai Budiman Sudjatmiko keliru memilih Ganjar Pranowo sebagai bakal capres 2024. Hendrawan menilai Budiman Sudjatmiko melakukan hal yang tidak adil.

"Budiman berlaku tidak fair (tidak adil)," kata Hendrawan kepada wartawan, Rabu (10/8/2023).

Menurut Hendrawan, pengalaman Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Menhan Prabowo Subianto memang beda berdasarkan tugas pokok jabatannya. Budiman memang telah mendeklarasikan diri sebagai pendukung Prabowo pada Pilpres 2024.

"Tugas pokok gubernur berbeda dengan tugas menteri pertahanan. Menteri pertahanan per-definisi memang harus memahami konteks geopolitik internasional, perkembangan teknologi alutsista, peta kerja sama internasional antarnegara, dan sejenisnya," ujar Hendrawan.

"Gubernur tidak boleh menyentuh hal-hal tersebut karena itu semua wewenang pemerintah pusat. Ini perintah undang-undang," imbuhnya.

Hendrawan juga merespons penilaian Budiman Sudjatmiko yang melihat Jokowi saat ini bergeser dari populis menjadi strategis. Perubahan Jokowi itu, menurut Budiman terjadi setelah pandemi COVID-19.

"Sementara, populisme merupakan warna dominan Pak Jokowi karena misi yang ditekankan adalah menghadirkan peran negara. Ini bisa dibaca dalam dokumen Nawacita. Lebih menonjol lagi saat-saat terjadi pandemi. Jadi populisme adalah atmosfer kebersamaan pada masa-masa sulit," imbuh Hendrawan.

Budiman Sudjatmiko sebelumnya dipecat oleh PDIP berdasarkan keputusan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Surat pemecatan sebagai kader diterima Budiman enam hari setelah ia bersama Prabowo Subianto mendeklarasikan Relawan Prabowo Budiman Bersatu (Prabu) di Semarang, Jawa Tengah.

Berdasarkan laporan detikX, Rabu (10/8), Budiman menegaskan keputusan PDIP mengusung Ganjar Pranowo merupakan tindakan yang keliru.

"Ya, itu keliru. Mungkin pendekatan populistik di 2014 cocok. Karena memang lawannya waktu itu Pak Prabowo itu agak-agak elitis ya. Sehingga mencari antitesisnya ya yang populis, itu cocok. Makanya muncul Pak Jokowi," ujarnya.

Lihat Video: Dasco Jawab Peluang Budiman Sudjatmiko Gabung Gerindra usai Dipecat PDIP






(rfs/gbr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork