Pertengahan Ramadan 2015, mantan wartawati Republika Susi Evidia mengabarkan bahwa Ferry Mursyidan Baldan (FMB) mengundang buka puasa bersama. Nevi (Sindo), Suradi dan Khairil (Koran Jakarta), Fajar (Tempo), serta Hanif Sobari (Suara Karya) mendapatkan undangan yang sama. Lokasi semula dipilih The Atjeh Connection Resto & Coffee di Sarinah atau Peacock CafΓ© Hotel Sultan tempat biasa kami kongko dengan Kang FMB. Menjadi langganan karena di dua tempat itu kami dimungkinkan untuk merokok.
Sayang, karena mendadak kedua tempat itu fully booked. Lokasi akhirnya bergeser ke Nippon Japanese Restaurant, Hotel Sultan. Tapi, hingga lewat pukul 20.30 WIB, FMB tak kunjung muncul, padahal perut kami sudah begah menikmati aneka hidangan. Berkali-kali telepon selulernya dihubungi, dia tak merespons. Kami mulai gelisah, saling lirik. Kami tahu diri, kartu kredit ataupun saldo ATM kami tak mungkin bisa melunasi tagihan di Nippon andai FMB benar-benar tak datang.
Ketika akhirnya dia muncul menjelang pukul 21.00 WIB, kami serempak mengucap syukur: "Alhamdulillah...." FMB tertawa lepas mendengar cerita soal kegelisahan kami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sori ya, saya mendadak dipanggil Pak JK (Jusuf Kalla)," ujarnya.
Kami mengenal FMB sejak 1999, dan makin intens ketika dia menjadi pimpinan Komisi II DPR RI. Kala itu FMB tergolong politikus muda yang artikulatif dalam menyampaikan pendapat-pendapatnya. Pembawaannya yang santun, rendah hati, murah senyum, dan mudah dihubungi kapan saja membuat para wartawan di DPR merasa dekat dengannya.
Baca juga: Jejak Dedikasi Ferry Mursyidan Baldan |
Setelah menjadi Ketua Pansus RUU Pemerintahan Aceh, Kang FMB meminta kami menuliskan cerita-cerita di balik lobi-lobi selama proses pembahasan. Kiat dan strateginya mencairkan suasana persidangan hingga deal-deal yang memungkinkan selama pembahasan di ruang rapat asap rokok bisa tetap mengepul.
Hal lain yang menarik dari sosok Ferry Mursyidan Baldan adalah caranya untuk mengusir rasa penat. Dia biasa memutar lagu-lagu Chrismansyah Rahadi (Chrisye) baik ruang kerja, mobil, hingga menjadikannya sebagai nada sambung pribadi telepon selularnya.
Kang Ferry, yang pernah menjadi Menteri Agraria dan Kepala Badan Pertanahan Nasional, mengaku mulai menggemari Chrisye sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas pada 1980-an. "Saya lama-lama mulai jadi fans. Kalau ada kesempatan, saya interaksi. Kirim bunga sampai akhirnya menjadi teman," ujarnya.
Dia mengoleksi puluhan piringan hitam, kaset, dan CD Chrisye di rumahnya. "Semuanya sudah ditandatangani Chrisye," ujarnya bangga. Menikmati lagu-lagu itu, menurut FMB, merupakan bagian dari menyeimbangkan kehidupannya dari rutinitas sehari-hari. "Yang penting itu bagaimana menikmati. Di situ saya bisa mempertahankan kewajaran dalam hidup," sambungnya.
Ketika sang idola berpulang pada 30 Maret 2007, Kang FMB punya cara khusus untuk mengenangnya. Dia antara lain memprakarsai pembuatan buku 'Kesan Di Mata Media Sahabat dan Fans' (2012) dan '10 Tahun Setelah Chrisye Pergi; Ekspresi Kangen Penggemar' pada 30 Maret 2017. Kang FMB juga membentuk komunitas Kelompok Kangen Chrisye (K2C) yang kegiatannya antara lain nyekar ke makam Chrisye di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, setiap tanggal 30 Maret.
![]() |
Selain lagu Chrisye, Ferry juga dikenal sebagai penggemar berat klub Manchester United (MU). Ia mengaku begitu menikmati menonton atau berdebat tentang klub Inggris yang pernah dilatih oleh Sir Alex Ferguson dan Louis Van Gaal itu. "Bagi saya, ini bukan hanya persoalan sebuah klub, tapi MU itu punya nilai, punya ideologi," ujarnya.
Ia pun mengagumi persaudaraan yang terjalin di antara sesama penggemar MU. Suatu saat, dia berada di Surabaya dan menunggu penerbangannya yang tertunda. Kebetulan juga saat itu MU akan melakukan pertandingan. "Begitu saya nge-tweet, tidak begitu lama ada fans MU yang tidak saya kenal menghampiri saya. Mereka mencari kafe dan mengajak saya menonton," katanya.
Di Twitter maupun forum diskusi, Ferry Murysidan Baldan biasa saling ledek dengan mantan Ketua Ikatan Alumni Institut Pertanian Bogor Said Didu, yang menggemari klub Manchester City. Dalam sebuah acara yang dipandu wartawan senior Karni Ilyas via Zoom, 1 Juli 2020, Said Didu misalnya menyindir MU yang jeblok setelah ditinggal Alex Ferguson. Kemunduran MU itu, kata Said Didu, juga membuat Ferry Mursyidan Baldan di-reshuffle dari Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla pada 27 Juli 2016.
"Waktu Pak Ferry menjadi menteri, harusnya HGU (hak guna usaha) Old Trafford itu segera dicabut dan diubah menjadi pemakaman umum, tapi tidak dilaksanakan. Mungkin karena itu di-reshuffle," kelakar Said.
Tak mau kalah, Ferry balik membalas Said Didu. "Kalau saya jalan di Kota Manchester, di sepanjang jalan tidak ada yang menjual atribut City. Yang ada hanya MU," ungkap Ferry.
Selepas Jumatan kemarin, kami mendapat kabar Kang FMB berpulang. Saya membayangkan, di alam sana, Chrisye menyambut fans beratnya itu dengan hangat. Ber-selfie ria, lalu menyanyi bersama dengan syahdu....
Sudrajat
Wartawan detikcom
Simak Video 'Karangan Bunga Terus Berdatangan ke Rumah Duka Ferry Mursyidan':