Kejutan atau yang lazim disebut pendadakan strategis (strategic surprise) adalah sebuah hasil akhir dari sebuah skenario paling buruk yang mungkin tidak dapat dibayangkan ketika seorang analis intelijen menyiapkan sebuah alternatif skenario untuk mengurangi kerawanan atas keamanan yang tidak dapat ditebak oleh siapapun. Rumusnya, di dalam perang kekalahan dapat dimaklumi (bukankah implikasi dari sebuah pertempuran hanyalah menang atau kalah?), tetapi kejutan tidak akan pernah dapat dimaafkan.
Oleh karena itu, tugas seorang perwira analis adalah menyiapkan alternatif-alternatif skenario untuk menggeser ruang-ruang posibilitas, memperkecil kemungkinan pendadakan strategis atau yang oleh manajer risiko disebut "angsa hitam" (black swan) tersebut dapat muncul. Black swan adalah risiko ekstrem yang memiliki dampak atau konsekuensi sangat buruk, namun dengan probabilitas kejadian yang rendah. Istilah black swan atau angsa hitam berasal dari peribahasa Latin rara avis in terris nigroque simillima cygno atau "suatu burung yang langka, seperti angsa hitam". Ketika peribahasa ini muncul, keberadaan angsa hitam dianggap sebagai sebuah kemustahilan.
Angsa hitam tersebut dapat muncul dari sisi mana pun --dari unsur suporter, panitia penyelenggara, aparat keamanan, maupun kapasitas serta kondisi kelayakan stadion yang menjadi komponen statis di dalam kerangka atau struktur keamanan di sebuah perhelatan. Unsur lain yang belum dimasukkan bisa lebih banyak lagi dan mungkin bisa tak terhingga. Misalnya unsur kelompok teroris yang berniat mengacau dengan memanfaatkan momen laga derby ataupun dari unsur rivalitas antar pendukung kedua kesebelasan yang bertanding. Sepertinya, berdasarkan profiling yang dilakukan oleh analis Intelkam Polres Malang, dua unsur terakhir ini tidak ditemukan alias nihil, sehingga tidak dimasukkan dalam komponen ancaman
Tetapi tugas intelelijen sebagai sebuah aktivitas tidak berhenti ketika sang analis intelijen selesai membuat asesmen keamanan dalam bentuk perkiraan keadaan (kirka). Tugas sang analis memang selesai dalam konteks intelijen sebagai sains, karena seorang analis haruslah melakukan usaha keilmuan yang objektif dan berdasarkan sejumlah perangkat metodologi intelijen yang ketat di dalam merumuskan sebuah ramalan intelijen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tugas intelijen sebagai organisasi juga sudah dilakukan, dalam hal ini Kapolres Malang berdasarkan kirka dan rekomendasi intelijen telah bersurat kepada stakeholder laga derby tersebut agar dimajukan jadwalnya dengan asumsi intelijen bahwa semakin larut laga dimulai, semakin besar pula unsur kerawanan (vulnearlibility) yang tidak dapat di antisipasi dengan mitigasi intelijen karena unsur angsa hitam dalam perspektif intelijen semakin banyak.
Kirka intelijen singkat yang telah diases oleh Intelkam Polri menghasilkan scooring bahwa laga tanding sebaiknya dimajukan lebih awal dengan satu argumen yang nyaris tidak terbantahkan yaitu pertimbangan keamanan. Lantas mengapa intelijen tetap gagal meramal resiko yang terjadi sehingga berujung tragedi?
Dari sinilah kegagalan intelijen tersebut bermula. Kegagalan intelijen tidak hanya berangkat pada fase pengumpulan maupun pengolahan (analisis intelijen), tetapi pada tingkat rekomendasi intelijen. Rekomendasi sepresisi apapun jika tidak dijalankan oleh unsur-unsur pengguna akhir, pada akhirnya tidak akan menghasilkan apa-apa. Dalam hal ini, Kapolres Malang memang end user dari Intelkam, tetapi beneficiary intelligence atau pengguna akhir yang justru beroleh manfaat terbesar dari laporan intelijen tersebut (jika dipergunakan sebagaimana mestinya) adalah stakeholder dalam hal ini panitia penyelenggara (Panpel) dan PT LIB.
Tetapi apakah benar dengan menggeser jadwal laga, maka problem atas ancaman kerawanan di Stadion Kanjuruhan tersebut dapat selesai dan persoalan tragedi 1 Oktober 2022 kemarin hanya bertumpu pada masalah waktu belaka? Beberapa problem krusial yang menjadi penyebab banyaknya korban jatuh seperti diskresi atas penggunaan material gas air mata yang telah dilarang oleh FIFA dalam mengendalikan kericuhan di lapangan belum terjawab di sini. Dalam hal ini, penyelidikan atas SOP, the use of force dan juga unsur gelar pasukan atau deployment preparedness dari sejumlah personel kepolisian yang terdiri dari berbagai unsur yang berasal dari sejumlah satuan kerja di seantero Malang Raya yang diperbantukan guna BKO memperkuat pengamanan pada laga malam hari 1 Oktober di Kanjuruhan belum sepenuhnya selesai di sini.
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kapolri Listyo Sigit, yang secara rantai komando adalah pengguna akhir dari seluruh unsur pendukung dan juga di mana daur Intelijen Keamanan Polri bermuara, untuk mengusut tuntas persoalan ini. Sebagaimana dalam sejumlah kasus sebelumnya yang mendapat atensi tinggi dari publik, sepertinya kali ini Kapolri akan mampu menjawab apa yang sebenarnya terjadi pada malam hari tragedi 1 Oktober di Kanjuruhan. Sebagaimana dalam kasus Pembunuhan Brigadir J misalnya, di mana Intelkam Polri mampu menemukan kunci dari kasus hilangnya CCTV, saya percaya bahwa Intelkam Polri sekali lagi akan mampu memberikan kontribusi yang berharga dalam mengungkap penyelidikan dari tragedi ini.
Okta Undang Suhara peneliti keamanan, menempuh Pascasarjana Kajian Terorisme dan Keamanan Internasional Universitas Indonesia