Rumah Kinasih, Tempat Puluhan Kaum Disabilitas Mandiri Mengais Rezeki

Rumah Kinasih, Tempat Puluhan Kaum Disabilitas Mandiri Mengais Rezeki

Erliana Riady - detikNews
Senin, 17 Feb 2020 09:36 WIB
Di tegalan yang teduh ini, suara canda tawa tak henti terdengar. Sambil terus memproduksi batik ciprat, mereka tampak nyaman menikmati hidup meski dalam kondisi fisik yang serba terbatas.
Yayasan Bakti Kinasih Mandiri atau Rumah Kinasih/Foto: Erliana Riady
Blitar -

Di tegalan yang teduh ini, suara canda tawa tak henti terdengar. Sambil terus memproduksi batik ciprat, mereka tampak nyaman menikmati hidup meski dalam kondisi fisik yang serba terbatas.

Di sinilah tempat Yayasan Bakti Kinasih Mandiri atau Rumah Kinasih mengumpulkan kaum disabilitas di Blitar. Kegiatan kewirausahaan inklusif ini mampu mengangkat derajat hidup mereka.

Tampak Katiyah (43) duduk mengusap peluh. Penyandang tuna grahita ini masih bisa diajak komunikasi dibandingkan beberapa temannya yang lain. Setiap hari, perempuan dua anak ini berjalan sejauh 2 km untuk menuju Yayasan Kinasih di Desa Siraman Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.


"Isone kerjo neng kene. Seneng kumpul karo konco-konco, ben wulan iso oleh Rp 700 ribu gawe blonjo (Bisanya kerja di sini. Seneng juga bisa berkumpul teman-teman lainnya. Kalau sebulan dapatnya Rp 700 ribuan, bisa buat belanja)," ucapnya agak terbata kepada detikcom, Senin (17/2/2020).

Dari sebanyak 54 kaun difabel, sebagian besar memang tuna grahita. Dan kegiatan membuat batik ciprat inilah yang bisa mereka kerjakan tiap harinya. Uniknya, motif yang tercipta tidak ada yang sama antara satu dengan lainnya. Karena dibuat dengan mencipratkan pewarna di atas lembaran kain katun primisina ukuran 115 x 2 meter dan 115 x 2,5 meter.

"Kalau yang tuna grahita memang bisanya mengerjakan produksi batik ciprat. Namun yang tuna rungu dan wicara, kami latih menjahit baju dan tas," kata Ketua Yayasan Bakti Kinasih Mandiri, Edi Cahyono.

Dalam sehari, mereka bisa memproduksi sekitar 10 sampai 15 lembar batik ciprat jika kondisi cuaca cerah. Jika dijual dalam bentuk kain, seharga Rp 170 sampai 200 ribu per lembar. Tapi kalau sudah dibikin baju, tambah ongkos jahit Rp 90 ribu. Tak hanya baju, batik ciprat ini juga dibikin tas beraneka bentuk. Harganya mulai Rp 50 sampai 250 ribu, tergantung model dan aksesoris tambahannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tonton juga Blitar Ambyar Diterjang Angin Kencang :

ADVERTISEMENT


"Sebulan itu omzet kami antara Rp 40 sampai 50 juta. Mereka yang di sini dapat royalti Rp 20 sampai Rp 30 ribu per lembar tergantung motif dan proses pewarnaannya. Kemudian juga ada konsumsi dua kali, pagi dan siang," imbuh Edi.

Hampir semua Forkopimda di Pemkab Blitar memakai batik ciprat dalam busana mereka. Keunikan motif batik ciprat yang limited edition ini, membuat banyak kolega para pejabat secara personal memesan untuk dikirim ke luar negeri. Seperti San Francisco, California, Singapura dan Australia.

"Kendala kami modal. Seperti sekarang ini banyak yang pesan. Tapi karena modal dari pribadi saya terbatas. Jadi harus ditata belanja bahannya," ungkap Edi terus terang.


Berangkat dari Rumah Kinasih ini juga, muncul beberapa pengusaha difabel baru di antara mereka. Seperti Wiji Utami (48), yang kini mampu mempekerjakan penyandang disabilitas lain di tempat usahanya.

"Alhamdulillah dari belajar menjahit lalu melihat kreativitas lain di sini. Saya jadi punya toko souvenir. Saya juga bisa mengajak tetangga saya yang difabel kerja bantu saya bikin-bikin tas atau souvenir untuk manten," ucapnya dengan bangga.

Bagi Wiji, penyakit polio yang membuat kedua kakinya tidak tumbuh sempurna, bukan halangan untuk berkreasi. Wiji juga berharap kepada kaum disabilitas lainnya untuk tetap semangat meraih mimpi dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.

"Kami ini secara fisik katanya istimewa. Akan lebih istimewa lagi, kalau kami tidak tergantung kepada orang lain dan bisa mandiri secara ekonomi," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads