Otoritas Thailand menonaktifkan kepala penjara di Bangkok atas tuduhan mengistimewakan para narapidana asal China. Kepala penjara itu diduga mengizinkan sejumlah wanita menemui para napi tersebut di sel privat dan mendapatkan keistimewaan lainnya.
Skandal ini mencuat pekan lalu setelah media lokal melaporkan dua wanita China diizinkan masuk ke Bangkok Remand Prison untuk mengunjungi para narapidana, yang diduga untuk menyediakan layanan seks. Laporan media itu memicu pertanyaan soal siapa yang mengizinkan mereka masuk ke penjara.
Penjara tersebut, seperti dilansir AFP, Selasa (25/11/2025), menahan lebih dari 4.000 narapidana paria yang sedang menunggu persidangan, dan juga menahan beberapa terdakwa kriminal paling terkenal di Thailand, termasuk bos judi online Asia, She Zhijiang, yang telah diekstradisi ke China awal bulan ini.
Kementerian Kehakiman Thailand mengumumkan pada Senin (24/11) bahwa pihaknya telah menonaktifkan komandan penjara tersebut dan sekretarisnya, serta seorang pejabat senior lembaga pemasyarakatan setempat.
Menteri Kehakiman Thailand, Rutthapon Naowarat, mengatakan bahwa kasus yang melibatkan sejumlah pejabat otoritas penjara yang "diduga mengistimewakan narapidana-narapidana China" itu sedang ditangani "berdasarkan bukti".
Dalam pernyataan sebelumnya, Kementerian Kehakiman Thailand mengatakan bahwa penggeledahan di penjara tersebut telah mengungkap "pelanggaran dan barang-barang terlarang", termasuk kondom, tembakau, dan alkohol.
"Dua wanita China ditemukan sendirian dengan seorang narapidana di dalam sel yang sedang direnovasi untuk dijadikan ruang penerimaan pejabat senior," sebut Kementerian Kehakiman Thailand.
Sebuah meja, sofa, dan kulkas -- barang-barang mewah yang biasanya tidak diberikan kepada narapidana -- terdapat di dalam sel tersebut.
(nvc/ita)