Parlemen Jepang memilih Sanae Takaichi sebagai Perdana Menteri (PM) Jepang yang baru. Takaichi menjadi perempuan pertama yang menjabat PM Jepang.
Takaichi menjadi PM kelima Jepang dalam beberapa tahun terakhir. Dia akan memimpin pemerintahan minoritas dan memiliki kabinet penuh.
Dilansir kantor berita AFP, Selasa (21/10/2025), parlemen Jepang menunjuk Takaichi sebagai perdana menteri pada hari Selasa (21/10), setelah dia secara tak terduga memenangkan mayoritas suara dalam putaran pertama pemungutan suara.
Dia akan resmi menjabat setelah bertemu dengan kaisar yang dijadwalkan pada Selasa (21/10) malam. Mantan drummer heavy metal ini lebih dulu terpilih menjadi ketua partai berkuasa, Partai Demokrat Liberal (LDP), yang telah memerintah Jepang hampir tanpa henti selama beberapa dekade pada 4 Oktober lalu.
Enam hari kemudian, Partai Komeito, yang merasa tidak nyaman dengan pandangan konservatif Takaichi dan skandal dana gelap LDP, keluar dari koalisi mereka. Hal itu membuat Takaichi harus membentuk aliansi dengan Partai Inovasi Jepang (JIP) yang reformis dan berhaluan kanan. Kesepakatan tercapai pada Senin (20/10) malam.
JIP ingin menurunkan tarif pajak konsumsi makanan menjadi nol, menghapuskan sumbangan perusahaan dan organisasi, serta mengurangi jumlah anggota parlemen. Takaichi pun berjanji untuk 'memperkuat ekonomi Jepang, dan membentuk kembali Jepang sebagai negara yang dapat bertanggung jawab bagi generasi mendatang'.
Kini, perhatian tertuju pada rencana belanja besar-besaran yang diajukan Takaichi. Penambahan belanja itu dikhawatirkan dapat mengguncang kepercayaan investor kepada salah satu negara dengan utang tertinggi di dunia tersebut.
Posisi nasionalistik Takaichi juga diprediksi berpotensi memicu gesekan dengan China. Takaichi diperkirakan akan menjamu Presiden AS Donald Trump pada 27 Oktober, yang akan menjadi tantangan besar pertamanya.
(haf/haf)