Koalisi Pecah, Harapan PM Perempuan Pertama Jepang Terancam

Koalisi Pecah, Harapan PM Perempuan Pertama Jepang Terancam

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Selasa, 14 Okt 2025 15:37 WIB
dw
Partai-partai oposisi mempertimbangkan untuk mendukung kandidat lawan Sanae Takaichi di parlemen (Foto: Kazuhiro Nogi/AFP/Getty Images)
Jakarta -

Para elit politik Jepang kini berebut mencari sekutu baru setelah runtuhnya koalisi pemerintahan yang bahkan membuat posisi perdana menteri ikut dipertaruhkan.

Minggu lalu, tokoh nasionalis Sanae Takaichi terpilih sebagai ketua partai yang berkuasa, LDP. Hal ini juga membuka kesempatan besar Takaichi akan menjadi pemimpin perempuan pertama di Jepang.

Namun, ambisinya mendapat pukulan besar pada Jumat (10/10), ketika aliansi 26 tahun antara LDP dan partai berhaluan Buddha, Komeito, resmi bubar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para analis menilai, kemitraan ini sudah lama retak, dengan Komeito menentang kebijakan keamanan yang lebih agresif yang didorong oleh LDP. Namun, pengangkatan Takaichi sebagai ketua LDP tampaknya menjadi "titik final" pemicu perpecahan dengan partai kecil tersebut.

"Komeito sudah khawatir dengan sikap Takaichi yang keras dalam isu keamanan serta hubungannya dengan Korea Selatan dan Cina. Mereka takut ia akan melangkah lebih jauh lagi setelah menjabat," kata Hiromi Murakami, profesor ilmu politik di Kampus Tokyo Universitas Temple.

ADVERTISEMENT

Takaichi dihantui kontroversi Kuil Yasukuni

Isu sensitif, baik di dalam negeri maupun dengan negara tetangga, adalah pandangan Takaichi terhadap Kuil Yasukuni yang kontroversial di Tokyo.

Kuil tersebut telah menjadi tempat peristirahatan terakhir para prajurit Jepang yang gugur sejak 1869. Namun, di dalamnya juga terdapat nama para penjahat perang terkenal.

Sebagai tokoh konservatif garis keras, Takaichi beberapa kali mengunjungi kuil itu, bahkan saat menjabat sebagai menteri kabinet.

Kunjungan pejabat Jepang ke Yasukuni selalu memicu kemarahan di Cina serta Korea Utara dan Selatan, karena dianggap sebagai upaya memutihkan kejahatan perang Jepang.

Takaichi menolak memberi jawaban jelas ketika ditanya soal kunjungan ke kuil itu, setelah dikonfirmasi sebagai ketua LDP pada 4 Oktober. Ia tidak menutup kemungkinan untuk kembali berkunjung, dengan alasan bahwa kuil tersebut "bukan isu diplomatik," dan cara menghormati para pahlawan perang "harus ditentukan pada waktu yang tepat."

Namun, pernyataan itu sudah cukup untuk membunyikan alarm di kalangan pimpinan Komeito yang berpandangan pasifis.

Keputusan kontroversial Takaichi di internal partai

Pimpinan Komeito juga dilaporkan kecewa, karena Takaichi menunjuk mantan menteri LDP yang ternoda skandal, Koichi Hagiuda, ke posisi senior di partai. Kurang dari dua tahun lalu, Hagiuda terpaksa mengundurkan diri dari Dewan Penelitian Kebijakan partai karena skandal keuangan besar.

"Kembalinya Hagiuda benar-benar membuat Komeito kesal, dan menegaskan bahwa Takaichi seolah tidak peduli terhadap isu yang dulu membuat publik marah, dan menjadi penyebab utama kemerosotan suara mereka di pemilu terakhir," ujar profesor Murakami.

Keputusan tersebut membuat pimpinan Komeito yakin, jika tetap berada dalam koalisi dengan LDP akan merusak reputasi politik mereka sendiri.

LDP dikelilingi "ikan hiu" politik

Takaichi awalnya sudah diperkirakan hanya akan memimpin pemerintahan minoritas, bahkan dengan dukungan Komeito yang memiliki 24 kursi di majelis rendah. Kini, tanpa Komeito, LDP hanya memiliki 197 kursi di DPR, jauh dari 233 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas, dan 101 kursi di majelis tinggi, juga di bawah ambang 125 kursi.

Pemimpin nasionalis itu kini berusaha mencari sekutu baru, sementara partai oposisi berupaya memanfaatkan kelemahan LDP.

"Takaichi dan LDP sama-sama dalam masalah besar," kata Toshimitsu Shigemura, profesor politik dan hubungan internasional di Universitas Waseda, Tokyo.

Shigemura menilai bahwa rival Takaichi, Shinjiro Koizumi, hampir pasti bisa mempertahankan Komeito dalam koalisi. Namun, Koizumi yang moderat kalah dalam pemilihan internal partai dari Takaichi, yang didukung oleh mantan perdana menteri sekaligus "kingmaker" LDP, Taro Aso.

"Partai LDP baru saja memilih Takaichi beberapa hari lalu, jadi mereka tidak bisa realistis menggantikannya sekarang, meskipun jelas mereka akan lebih baik jika memilih Shinjiro Koizumi," ujar Shigemura.

Pengamat: "LDP tidak punya falsafah politik"

Menurut Shigemura, kini ada perasaan bahwa LDP tengah "sekarat secara politik."

Takaichi dikabarkan telah mencoba menghubungi Partai Demokrat Konstitusional Jepang (CDPJ) yang berhaluan sentris, serta Partai Inovasi Jepang, meski kedua partai tersebut tampak enggan menjalin aliansi.

Bahkan partai sayap kanan yang sebelumnya menarik pemilih LDP yang kecewa, kini memilih menjaga jarak, dan berharap bisa memperkuat posisi mereka sendiri, atau bahkan menggantikan LDP sepenuhnya jika partai itu runtuh.

LDP telah memerintah Jepang hampir tanpa henti sejak dibentuk pada 1955. Namun, dukungan publik terus menurun di bawah perdana menteri sebelumnya, Shigeru Ishiba, di tengah ekonomi yang lesu dan meningkatnya sentimen anti-imigran. Takaichi diharapkan bisa membalikkan tren itu, tetapi kini partai justru semakin terisolasi di kalangan elit politik dan dibebani skandal korupsi serta potensi kesalahan diplomatik di masa depan.

"Saat ini, LDP tidak memiliki falsafah politik," kata Shigemura. "Mereka hanya berusaha bertahan hidup. Dan itu sangat mengkhawatirkan, karena bangsa ini menghadapi banyak masalah serius, baik di dalam negeri maupun luar negeri."

Komeito dukung oposisi bersatu melawan Takaichi

Manuver politik diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang pekan ini. Takaichi dan sekutunya harus bergerak cepat, jika ingin memenuhi tenggat konfirmasi parlemen pada 20 Oktober.

Sementara itu, partai-partai oposisi tengah membahas pembentukan front bersatu untuk mengajukan satu kandidat bersama. Jika kandidat oposisi berhasil mengalahkan Takaichi, itu akan menjadi pertama kalinya sejak Januari 1996 Jepang dipimpin oleh perdana menteri dari luar LDP.

Sebagai pukulan terakhir bagi mantan mitranya, Komeito telah berjanji akan mendukung kandidat oposisi tunggal melawan Takaichi, siapa pun orangnya.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Rahka Susanto

Editor: Agus Setiawan

Tonton juga video "PM Ishiba Mundur: Pasar Saham Jepang Melonjak, Yen Tertekan" di sini:

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads