Wakil Presiden Sudan Selatan, Riek Machar, didakwa atas kasus pembunuhan, pengkhianatan, dan kejahatan terhadap kemanusiaan atas serangan terhadap pangkalan militer. Serangan ini menewaskan lebih dari 250 tentara.
Dilansir AFP, Jumat (12/9/2025), perjanjian pembagian kekuasaan yang rapuh antara Presiden Salva Kiir dan wakil presiden Machar, terjadi selama berbulan-bulan di negara termuda di dunia ini.
Pada awal Maret, sebuah milisi dari komunitas etnis Nuer Machar yang dikenal sebagai Tentara Putih menyerang sebuah pangkalan militer di Kabupaten Nasir, Negara Bagian Upper Nile di timur laut negara itu.
Pemerintah menyatakan Machar bertanggung jawab. Hakim mendakwa Machar beserta 20 orang lainnya atas pembunuhan, konspirasi, terorisme, pengkhianatan, perusakan properti publik, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
"Kejahatan-kejahatan ini ditandai dengan pelanggaran berat Konvensi Jenewa dan hukum humaniter internasional, termasuk penodaan mayat, penganiayaan terhadap warga sipil, dan serangan terhadap pekerja kemanusiaan," ujar Menteri Kehakiman Joseph Geng Akech, menurut pernyataan tertulis yang disampaikan kepada wartawan di Juba.
Pangkalan militer di Nasir dikuasai oleh Tentara Putih antara tanggal 3 dan 7 Maret.
Beberapa perwira senior, termasuk seorang jenderal, tewas. Sebuah helikopter Perserikatan Bangsa-Bangsa juga ditembaki saat berupaya menyelamatkan tentara di pangkalan tersebut, yang mengakibatkan tewasnya seorang pilot.
"Kasus ini mengirimkan pesan yang jelas: mereka yang melakukan kekejaman terhadap rakyat Sudan Selatan, terhadap angkatan bersenjata kami, dan terhadap personel kemanusiaan akan dimintai pertanggungjawaban, terlepas dari jabatan atau pengaruh politik mereka," ujar Menteri Akech dalam pernyataan tersebut.
PBB, yang menjalankan misi pembangunan perdamaian utama di Sudan Selatan, mengatakan pada saat itu bahwa Sudan Selatan "mengalami kemunduran yang mengkhawatirkan yang dapat menghapus kemajuan yang telah dicapai dengan susah payah selama bertahun-tahun".
Presiden Kiir telah bergerak selama berbulan-bulan untuk mengonsolidasikan kekuasaan dan menyingkirkan Machar, yang ditempatkan dalam tahanan rumah beberapa minggu setelah serangan itu, sementara banyak sekutunya juga telah ditahan.
Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada tahun 2011 tetapi dengan cepat terjerumus ke dalam perang saudara yang menghancurkan selama lima tahun antara Kiir dan Machar yang menewaskan sekitar 400.000 orang.
Perang berakhir dengan perjanjian pembagian kekuasaan pada tahun 2018 tetapi upaya komunitas internasional untuk memastikan transisi demokrasi telah gagal.
Pemilu yang seharusnya berlangsung pada bulan Desember 2024 sekali lagi ditunda selama dua tahun.
(lir/lir)