Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, mengakui bahwa rentetan pengeboman Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah fasilitas nuklir Teheran, bulan lalu, menyebabkan kerusakan "serius" yang telah menghentikan kemampuan pengayaan uranium negara tersebut untuk sementara waktu.
"Fasilitas kami telah rusak -- rusak parah," kata Araghchi dalam wawancara dengan media AS Fox News, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (22/7/2025).
Ditegaskan oleh Aragchi bahwa Iran tidak berniat menghentikan program pengayaan nuklirnya meskipun terjadi kerusakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Selasa (22/7/2025):
- Trump Rilis 240.000 Halaman Dokumen Pembunuhan Martin Luther King
Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump merilis lebih dari 240.000 halaman dokumen terkait kasus pembunuhan Martin Luther King Jr, termasuk catatan dari Biro Investigasi Federal (FBI).
Dokumen-dokumen tersebut, seperti dilansir Reuters, Selasa (22/7/2025), diunggah ke situs web resmi Arsip Nasional AS, yang menyatakan akan merilis lebih banyak lagi terkait kasus pembunuhan tokoh pemimpin hak sipil ternama AS tersebut.
Martin Luther King Jr tewas ditembak di Memphis, Tennessee, pada 4 April 1968 silam, ketika dia semakin mengalihkan perhatiannya dari kampanye tanpa kekerasan untuk kesetaraan hak bagi warga Afrika-Amerika ke isu-isu ekonomi dan seruan perdamaian.
- Israel Cegat Rudal dari Yaman Usai Gempur Pelabuhan yang Dikuasai Houthi
Militer Israel menyatakan telah mencegat sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman pada Selasa (22/7). Ini terjadi sehari setelah Israel melancarkan serangan udara di pelabuhan Hodeida, Yaman yang dikuasai kelompok pemberontak Houthi.
"Setelah sirene berbunyi beberapa saat yang lalu di beberapa wilayah di Israel, sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman dicegat oleh Angkatan Udara Israel," kata militer Israel di Telegram, dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (22/7/2025).
Wilayah-wilayah Yaman yang dikuasai Houthi telah berulang kali menjadi sasaran serangan Israel sejak pemberontak yang didukung Iran tersebut mulai melancarkan serangan rudal dan drone ke Israel. Houthi menyatakan bahwa mereka bertindak sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina atas perang Gaza.
- Trump Terkejut dengan Serangan Israel ke Suriah dan Gereja Katolik Gaza
Gedung Putih mengungkapkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump "terkejut" dengan serangan Israel baru-baru ini di wilayah Suriah dan serangan ke satu-satunya gereja Katolik di Jalur Gaza.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, seperti dilansir Associated Press, Selasa (22/7/2025), mengatakan kepada wartawan bahwa Trump memiliki "hubungan kerja yang baik" dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.
"Tapi dia terkejut dengan pengeboman di Suriah dan juga pengeboman sebuah gereja Katolik di Gaza," kata Leavitt.
- Israel Cegat Rudal dari Yaman Usai Gempur Pelabuhan yang Dikuasai Houthi
Militer Israel menyatakan telah mencegat sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman pada Selasa (22/7). Ini terjadi sehari setelah Israel melancarkan serangan udara di pelabuhan Hodeida, Yaman yang dikuasai kelompok pemberontak Houthi.
"Setelah sirene berbunyi beberapa saat yang lalu di beberapa wilayah di Israel, sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman dicegat oleh Angkatan Udara Israel," kata militer Israel di Telegram, dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (22/7/2025).
Wilayah-wilayah Yaman yang dikuasai Houthi telah berulang kali menjadi sasaran serangan Israel sejak pemberontak yang didukung Iran tersebut mulai melancarkan serangan rudal dan drone ke Israel. Houthi menyatakan bahwa mereka bertindak sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina atas perang Gaza.
- Iran Akui Pengeboman AS Bikin Pengayaan Uranium Terhenti
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, mengakui bahwa rentetan pengeboman Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah fasilitas nuklir Teheran, bulan lalu, menyebabkan kerusakan "serius" yang telah menghentikan kemampuan pengayaan uranium negara tersebut untuk sementara waktu.
"Fasilitas kami telah rusak -- rusak parah," kata Araghchi dalam wawancara dengan media AS Fox News, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (22/7/2025).
Ditegaskan oleh Aragchi bahwa Iran tidak berniat menghentikan program pengayaan nuklirnya meskipun terjadi kerusakan.
"Program ini dihentikan karena, ya, kerusakannya serius dan para. Namun, jelas kami tidak dapat menghentikan pengayaan (uranium) karena itu adalah pencapaian para ilmuwan kami sendiri. Dan sekarang, lebih dari itu, ini adalah masalah kebanggaan nasional," ujar Araghchi dalam wawancara tersebut.