Gedung Putih menegaskan Amerika Serikat (AS) tidak terlibat dalam serangkaian serangan yang melibatkan ledakan perangkat komunikasi secara massal di berbagai wilayah Lebanon. Ledakan walkie-talkie, yang menyusul ledakan massal pager, mengguncang Lebanon dalam waktu 24 jam terakhir.
"Yang bisa saya sampaikan kepada Anda adalah kami tidak terlibat dalam insiden kemarin (17/9) atau hari ini (18/9) dengan cara apa pun, dan saya tidak memiliki hal lainnya untuk dibagikan," ucap juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, dalam konferensi pers, seperti dilansir CNN, Kamis (19/9/2024).
Saat ditanya lebih lanjut soal insiden di Lebanon, Kirby enggan mengatakan apakah Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin telah menerima informasi awal soal ledakan walkie-talkie di Lebanon pada Rabu (18/9) dalam percakapan telepon dengan Menhan Israel Yoav Gallant pada Selasa (17/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kirby berulang kali menolak untuk mengonfirmasi laporan-laporan yang menyebut Israel mendalangi rentetan serangan bom elektronik di Lebanon tersebut.
"Saya tidak akan membahas soal penilaian intelijen, perkiraan dan penilaian apa pun di sini," tegasnya kepada wartawan setempat.
CNN sebelumnya melaporkan bahwa ledakan massal pager atau penyeranta di Lebanon pada Selasa (17/9) merupakan operasi gabungan antara badan intelijen Israel, Mossad, dan militer Tel Aviv. Pemerintah Lebanon mengecam serangan itu sebagai "agresi kriminal Israel".
Secara terpisah, laporan Reuters, yang mengutip sumber keamanan Lebanon, menyebut Mossad menanam peledak kecil -- disebut seberat tiga gram -- ke dalam ribuan unit pager yang dipesan Hizbullah sebelum pengiriman tiba di wilayah Lebanon beberapa bulan lalu.
Simak Video: AS Bantah Terlibat dalam Serangan Ledakan Pager di Lebanon
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sementara untuk ledakan walkie-talkie, laporan media Axios, yang mengutip dua sumber yang memahami operasi intelijen Tel Aviv, menyebut perangkat itu dipasangi booby-trap, atau perangkap peledak, oleh badan intelijen Israel dan dikirimkan kepada Hizbullah sebagai bagian dari sistem komunikasi darurat untuk kelompok tersebut, yang seharusnya digunakan dalam perang melawan Tel Aviv.
Sumber keamanan Lebanon, yang berbicara kepada Reuters, mengungkapkan bahwa perangkat radio genggam yang meledak itu dibeli oleh Hizbullah sejak lima bulan lalu, pada waktu yang hampir bersamaan dengan pager atau penyeranta yang meledak massal pada Selasa (17/9).
Hizbullah telah bersumpah akan membalas Israel untuk kedua serangan tersebut. Meskipun Tel Aviv sejauh ini belum mengomentari langsung kedua insiden di Lebanon itu.
Simak Video: AS Bantah Terlibat dalam Serangan Ledakan Pager di Lebanon