Hamas-Fatah Sepakat Rekonsiliasi Usai Perang, Israel Marah!

Hamas-Fatah Sepakat Rekonsiliasi Usai Perang, Israel Marah!

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 23 Jul 2024 17:19 WIB
Israeli transportation minister Israel Katz attends the cabinet meeting at the Prime Ministers office in Jerusalem February 17, 2019. Sebastian Scheiner/Pool via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights, opens new tab
Menlu Israel Israel Katz (dok. Sebastian Scheiner/Pool via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights)
Tel Aviv -

Pemerintah Israel memberikan reaksi keras terhadap langkah Hamas dan Fatah yang menyepakati pembentukan pemerintahan rekonsiliasi atas Jalur Gaza usai perang berakhir nantinya. Israel menegaskan hal itu tidak akan terwujud karena kekuasaan Hamas akan dihancurkan.

Seperti dilansir AFP, Selasa (23/7/2024), penegasan itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, yang juga mengkritik Presiden Palestina, Mahmoud Abbas -- yang berasal dari Fatah, yang disebutnya "merangkul para pembunuh dan pemerkosa dari Hamas".

"Hamas dan Fatah menandatangani perjanjian di China untuk kekuasaan bersama atas Gaza setelah perang. Bukannya menolak terorisme, Mahmoud Abbas malah merangkul para pembunuh dan pemerkosa Hamas, mengungkapkan wajah aslinya," sebut Katz dalam pernyataan via media sosial X.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada kenyataannya, hal ini tidak akan terjadi karena kekuasaan Hamas akan dihancurkan, dan Abbas akan melihat dari jauh," tegasnya.

Hamas sebelumnya mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani sebuah kesepakatan di Beijing, China dengan organisasi-organisasi Palestina lainnya, termasuk saingannya Fatah untuk bekerja sama demi "persatuan nasional".

ADVERTISEMENT

Menlu China Wang Yi, yang menjadi tuan rumah bagi para pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk, utusan Fatah Mahmud al-Aloul dan utusan dari 12 kelompok Palestina lainnya, mengatakan mereka telah sepakat untuk membentuk "pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara" untuk memerintah Gaza pascaperang.

"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami mengatakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional. Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukannya," kata Abu Marzuk setelah bertemu Wang dan utusan lainnya, dilansir AFP.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Pengumuman tersebut muncul setelah sembilan bulan perang berkecamuk di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang, sebagian besar adalah warga sipil, menurut data dari kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.

Pertempuran yang tiada henti telah menjerumuskan Jalur Gaza ke dalam krisis kemanusiaan yang parah.

Pemerintah China berupaya memainkan peran mediator dalam konflik tersebut, yang menjadi semakin kompleks karena persaingan sengit antara Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, dan Fatah, yang sebagian menguasai Tepi Barat.

Ketika pertemuan hari Selasa berakhir di Beijing, Wang mengatakan kelompok-kelompok tersebut telah berkomitmen untuk melakukan "rekonsiliasi".

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads