Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara via telepon dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menyampaikan bahwa Otoritas Palestina-lah yang seharusnya "memastikan tata kelola" Jalur Gaza usai perang berakhir.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (5/6/2024), kantor kepresidenan Prancis menyebut Macron dalam percakapan telepon dengan Netanyahu pada Selasa (4/6), menyatakan dukungan untuk proposal gencatan senjata dan pembebasan sandera yang diuraikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
"Kesepakatan ini harus membuka kembali perspektif yang kredibel bagi penerapan solusi dua negara, satu-satunya solusi yang mampu memberikan jaminan keamanan yang diperlukan oleh Israel dan mampu merespons aspirasi sah rakyat Palestina," ucap Macron kepada Netanyahu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gaza harus menjadi bagian integral dari negara Palestina di masa depan, dan Otoritas Palestina yang direformasi dan diperkuat, dengan bantuan komunitas internasional, harus memastikan pemerintahannya (atas Gaza)," cetus Macron.
Dalam langkah untuk meningkatkan upaya-upaya mediasi setelah hampir delapan bulan perang berkecamuk, Biden pada Jumat (31/5) pekan lalu mengatakan bahwa Israel menawarkan roadmap tiga tahap terbaru untuk Jalur Gaza.
Menurut Biden, tawaran Israel akan dimulai dengan fase enam minggu yang melibatkan penarikan pasukan Tel Aviv dari area-area padat penduduk di Jalur Gaza dan pertukaran sandera-tahanan untuk tahap awal.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan Video 'Hamas Tolak Kesepakatan Israel Tanpa Gencatan Senjata Permanen':
Pihak-pihak dalam kesepakatan itu kemudian akan melakukan perundingan lanjutan untuk bisa mewujudkan gencatan senjata yang bertahan lama, dengan penghentian pertempuran akan terus berlanjut selama perundingan masih berlangsung.
Pada fase akhir, sebut Biden. rencana itu akan mengarah pada rekonstruksi atau pembangunan ulang wilayah Palestina yang hancur tanpa adanya kelompok Hamas yang berkuasa.
Perang yang berkecamuk sejak Oktober tahun lalu telah memicu kehancuran dan banyak kematian di Jalur Gaza, dengan lebih dari 36.000 orang yang sebagian besar warga sipil tewas akibat rentetan serangan Israel.